Jakarta, Kompas -
Menurut data Kementerian Pendidikan Nasional, nilai akhir (penggabungan nilai UN dan nilai sekolah) di NTT tahun ini rata-rata 6,87 dengan rata-rata nilai UN 6,13 dan nilai sekolah 7,97. Tahun 2010 siswa NTT termasuk terbanyak tak lulus dan harus mengikuti UN ulangan, yakni 52,08 persen dari total peserta 1.522.162 siswa.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menjelaskan, NTT akan mendapat keistimewaan karena kapasitas fiskal rendah dan sumber daya minim. ”Beda dengan Papua yang kaya sumber alam dan ada dana otonomi khusus,” kata Nuh seusai membuka Apresiasi Karakter Siswa Indonesia (AKSI) di Jakarta, Senin (16/5).
Perlakuan khusus bagi NTT itu, antara lain memberi dana khusus seperti yang diberikan kepada 100 kabupaten/kota dengan tingkat kelulusan UN nol persen tahun lalu sebesar Rp 1 miliar untuk masing-masing daerah. ”Akan kami lihat kualitas guru dan fasilitas sekolah. Nanti akan ada penguatan dan perbaikan. Kami belum tahu ada apa karena di daerah sudah ada anggaran pendidikan 20 persen. Bisa dibayangkan kalau tidak ada, jadi seperti apa,” kata Nuh.
Pencairan bantuan dana alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan itu, lanjut Nuh, menunggu persetujuan DPR. Ia yakin DPR akan menyetujui karena pemanfaatannya jelas. ”Saya jamin dananya cair Juni atau Juli,” ujarnya.
Meskipun pada urutan terakhir dari semua provinsi peserta UN tahun ini, Provinsi NTT tak mempersoalkan. Sebab, persentase kelulusan masih melebihi target, 94,43 persen dari target 90 persen. Kabupaten Rote Ndao dan Sumba Tengah meraih angka kelulusan 100 persen.
”Memang masih posisi terendah dari provinsi peserta UN tahun ini, tetapi secara keseluruhan angka persentase kelulusan di NTT tahun ini memenuhi target,” kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga NTT Tobias Uly, kemarin.
Pada UN 2009/2010, persentase kelulusan di NTT 48,04 persen untuk ujian utama dan 89,72 persen untuk hasil ujian ulangan. Dari dua kali ujian itu, hasil kelulusan mencapai 93,50 persen.
Tahun ini tingkat kelulusan UN SMA sederajat hampir di semua daerah meningkat dibandingkan tahun lalu, seperti di Kalimantan Timur (98,30 persen), Sulawesi Selatan (99,36), Maluku (99), dan Lampung (99,7). Bahkan, ada yang meningkat pesat seperti di Gorontalo (dari 54,13 persen menjadi 98,97 persen).