Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Giling Tebu, Jalanan Malang Macet

Kompas.com - 13/05/2011, 01:19 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Beberapa pekan ini di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, mulai musim giling tebu. Dua pabrik gula (PG), yaitu PG Kebonagung dan PG Krebet, Bululawang, langsung diserbu oleh ratusan truk yang mengangkut tebu.

Akibatnya, antrean ratusan truk tebu membuat jalan menuju ke dua pabrik gula tersebut macet total. Menurut Kapolsek Pakisaji, Malang, AKP Ni Nyoman Sulastri, antrean truk tebu di sepanjang jalan itu bukan hanya dikeluhkan oleh pengguna jalan, melainkan warga di sekitarnya juga mengeluhkan hal tersebut. Sebagai contoh, di sepanjang Jalan Raya Pakisaji, Kabupaten Malang, jalan menuju ke PG Kebonagung, terjadi antrean hingga ratusan truk di pinggir jalan.

"Dari itu, saya meminta agar PG Kebonagung bisa menertibkan antrean panjang truk tebu yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas itu," kata Kapolsek Pakisaji saat menggelar hearing dengan Komisi D DPRD Kabupaten Malang dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang, Kamis (12/5/2011).

Tidak hanya masyarakat umum yang terganggu dengan antrean truk tebu itu, tetapi banyak pihak juga merasakan dampak berjajarnya truk tebu di sepanjang jalan provinsi yang menuju ke PG Kebonagung saat itu. "Itu jalan provinsi. Kalau demikian, banyak pihak yang dirugikan," katanya.

Saat musim giling tiba, Jalan Raya Pakisaji memang selalu disibukkan dengan suasana jalan yang macet dan kendaraan umum merayap setiap harinya. Ironisnya lagi, kemacetan arus lalu lintas itu dikarenakan ratusan truk berjajar di sepanjang jalan.

Selain mengganggu kelancaran jalan, banyaknya truk yang parkir membuat badan jalan terasa sempit dan rawan terjadi kecelakaan lalu lintas. "Kalau begini terus akan rawan kecelakaan," kata Kapolsek.

Menanggapi keluhan Kapolsek Pakisaji itu, salah satu pimpinan PG Kebonagung, Didit Taurisianto, mengatakan, pihaknya sudah berupaya untuk menertibkan ratusan truk yang parkir di pinggir jalan itu.

"Bahkan, PG Kebonagung sendiri sudah memberikan surat resmi pada petani tebu agar tidak membawa truk sebelum mendapatkan SPTA, tetapi masih saja demikian," katanya.

Didit mengaku berterima kasih kepada pihak kepolisian karena telah mengingatkan. "Apa yang dikeluhkan warga dan kepolisian itu akan kami tangani segera. Dalam waktu dekat, kami akan melakukan peneguran dan penertiban secara langsung," katanya. Didit menambahkan, langkah untuk mengurangi antrean panjang truk tebu itu adalah dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan penggilingan tebu.

Dengan demikian, bagi truk yang belum dapat jatah masuk pabrik, tidak boleh memasuki areal pabrik dan parkir di pinggir jalan.

"Kita sudah merenovasi sejumlah rumah dinas untuk dijadikan lahan parkir. Saat ini kapasitas parkir truk di dalam pabrik sebanyak 1.200 unit truk. Jadi setiap musim giling memang terjadi antrean karena lahannya masih kurang dan lahan parkir yang ada sekarang sudah luas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com