Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Tahun Bocah Ini Menghirup Bensin

Kompas.com - 10/05/2011, 09:57 WIB

BULUKUMBA, KOMPAS.com — Di rumah panggung dengan dinding beranyaman bambu dan beratap rumbia yang sudah sobek sana-sini, Pejju (8), bocah kurus kering ini, tinggal bersama kedua orangtuanya dan enam kakaknya. Aroma anyir tercium dari rumah panggung yang di bawahnya menjadi kandang bebek tersebut.

Siang itu, Senin (9/5/2011), di Desa Sarajae, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, anak ketujuh dari pasangan buruh tani Ali dan Titi tersebut menghampiri Kompas.com yang sedang bertandang ke rumahnya. Ia mendekat sambil menenteng jeriken merah berisi bensin.

Sesekali lubang jeriken yang dia pegang itu didekatkan ke hidungnya. Astaga, ternyata bocah yang belum bisa bicara itu sedang asyik menghirup aroma bensin dari dalam wadah plastik tadi.

Menurut sang ibu, kecanduan yang dialami Pejju berawal saat anaknya itu berusia satu tahun. Kala itu, Pejju terlihat suka menghirup aroma minyak tanah dari lampu teplok.

Melihat kebiasaan aneh itu, Titi mencoba menyimpan lampu teplok di tempat yang lebih tinggi, jauh dari jangkauan Pejju. Namun, sayang, bukannya menjadi berhenti, Pejju malah menghirup bensin saat sedang bermain di rumah temannya. Kebetulan orangtua temannya adalah pedagang bensin botolan.

Kebiasaan buruk Pejju terus berlanjut hingga memasuki usia delapan tahun. "Jika dilarang, Pejju marah-marah dan merusak barang-barang yang ada di dekatnya," jelas Titi yang mengaku cemas dengan kesehatan anaknya itu.

Akibat sering menghirup aroma bensin, tulang di bagian hidung dan bibir atas bocah malang ini terlihat lingkaran noda hitam. Parahnya lagi, setiap hari Pejju lebih memilih menghirup bensin dan makanan ringan saja seperti kerupuk ketimbang makan nasi.

"Anak ini tidak mau makan, hanya selalu meminta kerupuk dan bensin. Jika saya paksa dia makan, biasanya satu kali suap saja, selebihnya dimuntahkan kembali nasinya," cerita Titi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com