Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Perbatasan Bosan Kunjungan Pejabat

Kompas.com - 05/05/2011, 02:45 WIB

SANGGAU, KOMPAS.com — Suasana di pusat Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, tidak banyak berubah, Selasa (3/5/2011) pagi lalu, meski sepekan terakhir beredar kabar akan ada lima atau enam menteri yang bakal berkunjung.  

Sepi, sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada peningkatan aktivitas berarti yang menunjukkan akan ada kunjungan pejabat penting dari Jakarta.

Kegiatan para menteri itu dipusatkan di halaman Balai Latihan Kerja Entikong, tidak jauh dari Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) sebelum masuk Sarawak, Malaysia timur. Hanya sejumlah spanduk kecil terlihat membentang di beberapa lokasi yang bakal dikunjungi sebagian rombongan.

Lima menteri yang dijadwalkan hadir adalah Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pun dijadwalkan hadir di acara tersebut. Namun, dari banyak menteri yang dikabarkan bakal hadir itu, hanya Helmy Faishal Zaini yang memenuhi komitmennya. Menteri lainnya batal hadir dengan alasan kesibukan untuk kegiatan yang dianggap lebih menjadi prioritas.

Kepala Desa Suruh Tembawang, Imran (35), yang wilayahnya berbatasan dengan Kampung Sapit, Sarawak, mengaku hanya sedikit kecewa dengan ketidakhadiran itu.

"Kami di perbatasan sudah tidak heran dengan kunjungan pejabat penting, mungkin tinggal kiriman malaikat saja yang belum. Kami tidak butuh kalau hanya untuk dikunjungi," kata Imran.

Menurut dia, sudah berkali-kali pejabat dari berbagai instansi di Jakarta ke perbatasan, mulai dari pejabat eselon, menteri, hingga presiden. "Tapi, sampai sekarang belum ada tindakan yang konkret," kata dia.

Desa Suruh Tembawang sampai kini belum ada akses berupa transportasi darat dari Entikong meski berada di kecamatan yang sama. Warga harus menyusuri Sungai Sekayam menuju ke hulu dengan waktu enam sampai tujuh jam menggunakan perahu bermotor. Biayanya pun mencapai jutaan rupiah.

Untuk mencapai antardusun, warga harus berjalan kaki dengan turun naik perbukitan. Kehidupan mereka sangat tergantung dengan Malaysia. Mereka menjual hasil kebun ke Malaysia dan pulangnya membawa bahan kebutuhan pokok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com