Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Pandai Besi di Bawakaraeng

Kompas.com - 27/04/2011, 13:28 WIB

SINJAI, KOMPAS.com — Terletak di kaki Gunung Bawakaraeng, Dusun Puncak, Desa Gunung Perak, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan perempuan-perempuan tangguh hidup dengan kerja keras. Tak mengenal tangan mulus setelah bergelut setiap hari dengan palu, besi, hingga bara api yang biasa hanya bisa dilakoni oleh kaum pria.

Untuk sampai di kampung pandai besi ini, dibutuhkan waktu sekitar tiga jam berkendaraan sepeda motor. Jaraknya 70-80 kilometer dari kota Kabupaten Sinjai, dengan tantangan tikungan tajam, jalan kecil, dan bahkan jurang.

Jika musim hujan seperti saat ini, para pengendara pun harus berhati-hati saat melewati daerah perbukitan yang rawan longsor dan jalan licin. Saat akan memasuki perkampungan pandai besi, dari jauh sudah terdengar suara dentingan besi di setiap rumah penduduk.

Semakin dekat, semakin terdengar jelas dentingan dari dalam gubuk yang disebut dengan pammanrean atau tempat pembuat besi yang berdiri di halaman atau belakang setiap rumah warga.

Saat Kompas.com berkunjung, Selasa (26/4/2011) di dalam gubuk tersebut sudah terlihat empat perempuan yang sedang mengerjakan sebuah sabit. Mereka berbagi tugas, seorang perempuan duduk di atas panggung yang tingginya sekitar dua meter lebih sembari mengayun-ayunkan kedua tanganya dengan memegang dua tongkat ke dalam sebuah tabung kayu. Tujuannya untuk memompa angin agar bara api tetap menyala memanaskan besi.

Dua perempuan memukul-mukul besi panas secara bergantian dengan palu besar yang memiliki berat mencapai 10 kilogram. Palu ini dipakai untuk membentuk besi menjadi sabit. Sementara, seorang perempuan lainnya menghaluskan serta mengoleskan besi yang telah berbentuk sabit dengan menggunakan gerinda.

Dari tangan terampil kaum perempuan ini telah lahir ratusan berbagai macam peralatan pertanian ataupun alat-alat dapur, seperti pisau, sendok, wajan, dan parang, serta peralatan lainnya.

Pekerjaaan yang dilakoni mereka ini dikerjakan sudah turun-temurun. Dari nenek moyang, perempuan pandai besi ini diajarkan hidup kerja keras seperti layaknya laki-laki.

Hal itu dilakukan untuk membantu suami mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, di mana kaum pria lebih menfokuskan diri mengolah kebun ataupun sawah mereka. "Dalam sehari kami hanya bisa menghasilkan satu atau dua peralatan, tergantung dari tingkat kesulitannya," ungkap Hasna salah seorang pandai besi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com