Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Leptospirosis Renggut 2 Nyawa di Sleman

Kompas.com - 26/04/2011, 04:22 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Leptospirosis atau penyakit akibat bakteri Leptospira sp yang ditularkan hewan ke manusia atau sebaliknya merenggut dua nyawa lagi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kedua korban tewas adalah warga Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, dan Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok. Hal ini menambah panjang daftar korban tewas akibat leptospirosis di Sleman menjadi 35 orang.

"Keduanya positif leptospirosis. Namun, kami teliti lagi karena bisa jadi kematian karena penyakit penyerta lain," kata Kepala Bidang Pengendalian, Pencegahan Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman Cahya Purnama, Senin (25/4/2011).

Menurut dia, kedua korban diketahui memiliki IGM atau imunoglobin positif leptospirosis. Meski begitu, hingga kini penyebab pasti kematiannya masih diteliti lebih dalam lagi.

Dinas Kesehatan selanjutnya akan melakukan audit rekam medik terhadap dua warga tersebut selama menjalani perawatan di rumah sakit. Selain dua warga yang meninggal tersebut, Dinkes mencatat masih ada dua pasien terduga leptospirosis yang hingga kini masih dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.

Kedunya berasal dari Kecamatan Gamping, salah satu daerah rawan penyakit ini. Sebelumnya satu pasien warga Gamping meninggal diduga kuat akibat leptospirosis. Namun, dari hasil aduit medis diketahui yang bersangkutan meninggal karena faktor penyakit lain meski terkena juga leptospirosis.

Cahya Purnama mengatakan, sebenarnya penderita leptospirosis dapat disembuhkan jika mendapat pertolongan cepat. Karena itu, masyarakat diharapkan waspada terhadap gejala letospirosis.

Gejala itu di antaranya mirip flu, demam, mata merah, dan nyeri otot betis. Jika sudah parah, penderita bisa mengalami mual dan muntah-muntah.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Mafilindati Nuraini menjelaskan, secara klinis, masa inkubasi bakteri leptospirosis membutuhkan waktu antara satu dan dua pekan.

Dalam masa tersebut penderita harus segara diberi obat antibiotik. Jika terlambat, dikhawatirkan akan menjalar ke organ lain dan menyebabkan komplikasi.

"Kondisi sangat buruk jika indikasinya mata berwarna kuning. Itu artinya penderita mengalami gagal hati dan ginjal," kata Mafilindati. Untuk mencegah meledaknya kasus penderita leptospirosis di Sleman, Dinkes menggiatkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai waspada dini leptospirosis.

Masyarakat diimbau selalu menjaga sarana kesehatan serta menerapkan hidup bersih dan sehat. Sebab, bakteri Leptospira sp, penyebab leptosiprosis, mampu bertahan hidup di air hingga lebih dari tiga tahun selama kondisinya kondusif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com