Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kalah oleh Timor Leste

Kompas.com - 12/04/2011, 02:30 WIB

Jakarta, Kompas - Meski sering disebut sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat, indeks demokrasi Indonesia ternyata kalah dari negara seperti Timor Leste. Hal ini dikarenakan masih lemahnya variabel demokrasi di Indonesia, seperti pemilihan umum, pluralisme, dan fungsi pemerintahan.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman saat peluncuran buku Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, dan Aktualisasi Pancasila karya Yudi Latif, Senin (11/4) di kompleks gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta.

Setelah diisi dengan pidato Ketua MPR Taufiq Kiemas, acara dilanjutkan dengan bedah buku oleh Franz Magnis-Suseno, Dawam Rahardjo (intelektual), Taufik Abdullah (sejarawan), Kwik Kian Gie (ekonom), dan Masdar Mas’udi (tokoh Nahdlatul Ulama).

Irman menuturkan, menurut Indeks Demokrasi Global yang dikeluarkan Economist Intelligence Unit tahun 2010, Indeks Demokrasi Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 167 negara dengan skor 6,53.

Peringkat Indonesia masih di bawah China yang berada di urutan ke-36, Afrika Selatan (ke-30), Thailand (ke-57), Papua Niugini (ke-59), dan bahkan Timor Leste (ke-42).

Menurut Irman, masih rendahnya peringkat Indonesia disebabkan masih lemahnya variabel-variabel demokrasi seperti pemilu, pluralisme yang belum menghargai kebebasan dalam memilih agama dan keyakinan, sistem parlemen yang belum jelas, serta fungsi pemerintahan yang masih sarat dengan praktik korupsi.

Sementara itu Franz Magnis-Suseno menuturkan, oportunis dan kepicikan jadi ancaman utama kebangsaan saat ini.

”Oportunisme melihat kehidupan sendiri sebagai peluang untuk maju sendiri, menjamin eksistensi sendiri. Kepicikan, terutama yang terfokus pada salah satu ideologi atau salah satu unsur yang tidak dimiliki seluruh bangsa, membuat sulit menghargai pluralisme,” ucap Magnis.

Magnis menambahkan bahwa kebangsaan, sebagai sesuatu yang dirasakan dalam hati, tidak mungkin terjadi jika masih terkungkung dalam kepicikan-kepicikan.

Sementara itu Taufiq Kiemas mengatakan, Yudi Latif dalam bukunya menegaskan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang paling sesuai bagi bangsa Indonesia dan yang paling sesuai dengan segala keberagamannya.

Akan tetapi Dawam Rahardjo menyatakan, setelah era reformasi, ada kesan Pancasila dilupakan. Padahal, Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri. (NWO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com