Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Dunia Malam Bandung

Kompas.com - 08/04/2011, 12:02 WIB

KOMPAS.com- Hanya ada satu meja resepsionis, tanpa petugas yang berjaga dalam ruangan sederhana berlampu remang-remang. Tengah pekan pada akhir Januari lalu, saat malam masih muda, ruang tamu sebuah lokasi hiburan di pusat Kota Bandung itu dihangatkan beberapa penerima tamu berbaju seksi yang siap mengantar tamu ke etalase perempuan penghibur. Itulah secuplik dunia malam Kota Bandung, yang gelegaknya terus berdenyut hingga dini hari, dan tiap hari pula.

“Silakan, pak… Mari kita lihat,” tutur salah seorang dari penerima tamu, sembari mengajak menyusuri lorong remang-remang, yang lebarnya hanya sekitar satu meter. Perjalanan berakhir di luar sebuah kamar terang benderang, dengan belasan perempuan berbaju seronok, berikut nomor di dada.

Di sinilah pasar hiburan malam Kota Kembang, yang menyediakan hiburan bagi hasrat lelaki. Para tamu, tentu saja pria, mengintip para perempuan lewat jendela nako. Para perempuan yang berdandan secantik dan seseksi mungkin itu pun siap ”bertugas” jika nomornya terpilih dan dipanggil si penerima tamu.

Sembari menggaet tangan si tamu, perempuan penerima tamu itu gesit mencarikan kamar, atau lebih tepat dinamai bilik. Luasnya hanya 2 x 2 meter berikut kamar mandi di dalamnya. Dindingnya tripleks yang dicat kuning, selaras dengan lampu remang-remang, satu-satunya lampu di situ, yang juga berwarna kuning. Hanya ada satu kasur sederhana, serta meja di ujung kamar, plus kaca rias.

Di kamar apa adanya itulah transaksi tiap malam berputar. Ris, sebut saja demikian, adalah salah satu perempuan di rumah hiburan itu. “Saya sudah enam bulan di sini. Sudah termasuk senior, karena yang lain kebanyakan baru beberapa minggu,” kata wanita asal Cirebon berusia 36 tahun itu.

Sekali diservis, lanjut Ris, tamu dipungut Rp 250.000. Itu biaya untuk sewa bilik beserta pelayanan si penghibur. Ris keberatan menyebut berapa rupiah yang ia peroleh dari Rp 250.000 itu. Yang pasti, selain mendapat uang dari biaya resmi, ia kerap menerima tip dari tamu yang puas dengan pelayanannya. Nilainya, bervariasi antara Rp 100.000 hingga Rp 300.000, tergantung belas kasih si tamu.

Selain ruang berkaca “etalase” itu, tersedia pula sebuah kafe sederhana yang bisa berfungsi sebagai arena transaksi. Di kafe yang juga remang-remang itu, pria yang datang, segera disambut perempuan yang siap menemani minum. Percakapan apa yang terjadi selama minum? Bisa ke mana-mana. Termasuk, bisa berakhir dengan kesesuaian harga, dan semuanya selesai di bilik mini itu.

Pusat hiburan ini tanpa embel-embel, apakah dia panti pijat, spa, atau karaoke. “Kalau menyebut panti pijat, kan memang di sini tidak menawarkan pijat,” tutur Ris. Semua aktivitas di pusat hiburan itu berakhir pukul 02.00 dini hari, dan dimulai pukul 12.00. Saat dimulai tengah hari itu, tutur Ris, hanya satu-dua penghibur yang berjaga. “Maklum, di sini makin malam makin ramai,” tambahnya lagi.

Pemandu lagu

Hiburan malam versi lain di Bandung, persis juga dengan di Jakarta, berupa arena karaoke plus. Kata “plus” di sini mengacu pada istilah perempuan pemandu lagu, biasa disingkat PL. Lagi-lagi, di tempat karaoke plus seperti ini, tamu yang datang melulu pria. Itu tak lain karena semua pemandu lagu adalah wanita. Kebanyakan tamu datang berombongan, tiga hingga lima orang. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com