Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Pipa yang Hancur Belum Diperbaiki

Kompas.com - 19/03/2011, 20:34 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Lebih dari 50 persen dari 9.700 jiwa warga Desa Wonokerto, Turi, Sleman, DI Yogyakarta, hingga saat ini masih menggantungkan kebutuhan air bersihnya dari pemerintah maupun swasta. Hal itu disebabkan jaringan pipa air bersih yang selama ini menjadi andalan pemenuhan kebutuhan air bersih hancur terbawa banjir lahar dingin di Sungai Krasak.

Kasidi, Kepala Desa Wonokerto, Turi, Sleman, mengatakan, sebelum hancur dilanda banjir lahar dingin di Sungai Krasak, di sepanjang bantaran sungai tersebut di wilayah Desa Wonokerto terdapat 27 sumber mata air yang dimanfaatkan oleh sebagain besar warga untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dengan memasang jaringan pipa.

”Namun, pasca-erupsi Merapi 2010 lalu yang diikuti dengan bahaya sekunder berupa banjir lahar dingin, jaringan pipa dari 27 titik mata air itu hancur,” kata Kasidi, Sabtu (19/03/2011) di Balaidesa Wonokerto.

Kasidi mengatakan, dari 27 jaringan pipa yang hancur tersebut saat ini 8 sudah diperbaiki dan 19 jaringan yang lain belum tersentuh. Delapan jaringan pipa yang sudah diperbaiki itu berada di Dusun Gondo Arum dan Ngembesan yang cukup parah mengalami kerusakan akibat erupsi Merapi.

Selain puluhan hektar lahan salak pondoh harus mengalami puso dan pemangkasan paksa pelepah, wilayah tersebut juga mengalami krisis air bersih maupun air irigasi untuk kebun salak. Dari 8 yang sudah berfungsi, 3 di antaranya baru diresmikan peggunaannya hari ini. Jaringan pipa sepanjang 4.800 meter dengan diameter 3 inci ini merupakan bantuan dari pihak swasta dan pengerjaannya dilakukan dengan bergotong-royong antara warga dan relawan.

Suwaji (43th ), Ketua Paguyuban Masarakat Pengguna Air Dusun Gondo Arum mengatakan, dengan sudah berfungsinya 3 jaringan pipa yang hari ini diresmikan, setidaknya 600 keluarga di Dusun Gondo arum dan Ngembesan, Wonokerto, tidak perlu menunggu mobil tangki dan mengantre air untuk kebutuhan sehari-hari.

”Kami lega, Mas, dan saat ini kami sudah bisa berkonsentrasi mengurus kebun salak,” kata Suwaji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com