POHUWATO, KOMPAS -
Kepala Desa Torosiaje, Kecamatan Papayato, Gootge Repi, Kamis (10/2), mengakui, dalam beberapa tahun ini nelayan kecil di desanya merasakan penurunan drastis perolehan ikan. Sebelum aksi pengeboman ikan marak lima tahun ini, nelayan kecil dengan pancing dan jaring dapat membawa pulang 15 kilogram ikan setiap hari. Akhir- akhir ini, mereka hanya mampu membawa pulang lima kilogram ikan dalam sehari.
”Akibat penggunaan bom ikan, banyak sarang ikan yang hancur. Nelayan semakin sulit mendapatkan ikan,” kata Repi, Kamis. Di Desa Torosiaje, dari 335 keluarga, 80 persen di antaranya bekerja sebagai nelayan.
Menurut Repi, para nelayan yang menggunakan bom untuk mencari ikan di perairan Teluk Tomini hanya sebagian kecil warga Torosiaje. Pengebom ikan kebanyakan datang dari luar desa atau bahkan di luar Kecamatan Papayato. Ia pernah melaporkan kasus itu ke Kepolisian Resor (Polres) Pohuwato, DPRD, bahkan ke Polda Gorontalo. Namun, pengeboman ikan tetap marak.
Kepala Polres Pohuwato Ajun Komisaris Besar Sis Mulyono mengatakan, pihaknya tetap memantau kasus pengeboman ikan. Pada akhir Desember 2010 polres menangkap empat pelaku pengeboman ikan di perairan Torosiaje yang merupakan bagian dari Teluk Tomini.
Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, mengatakan, pengeboman ikan berdampak besar terhadap kerusakan biota laut.