KOMPAS.com - Matahari bersinar lumayan terik pada Selasa (8/2/2011) siang di kawasan Jalan Dana Prasetya RT 09/RW 08 di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Udara panas memang mampu membuat keringat menetes. "Udara panas juga enggak bagus buat jamur tiram," kata Abdul Iman seraya menunjukkan hasil budidayanya selama setahun lebih.
Jamur tiram (Pleorotus ostreatus) kini menjadi salah satu unggulan warga kelurahan seluas 263,4 hektare tersebut. Tadinya, sejak 2009, baru ada 24 warga yang mengikuti pelatihan teori dan praktik budidaya jamur dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram itu. Saat ini, virus positif pelatihan itu sudah menjangkiti lebih banyak warga. Sementara, alumni pelatihan membentuk perkumpulan Wirausaha Jamur Tiram (Wirus Jamur). Kerja sama itu pun mendapat pengukuhan melalui Surat Keputusan Lurah Gedong Nomor 06/2010 tanggal 24 Maret 2010.
Pensiun pada 2002 sebagai pegawai negeri sipil, Abdul Iman mengaku tetap membutuhkan kesibukan. Setelah mencoba-coba berbagai kegiatan, sosok sepuh pada usia 65 tahun kini menemukan keceriaan hari-harinya pada budidaya jamur tiram. Masa pensiunnya, kini kian berarti. "Seharian saya mengurusi jamur tiram di rumah," katanya tersenyum.
Sama dengan para peserta pelatihan, Abdul Iman, awalnya, memperoleh modal berupa sebuah rak dengan 75 kantung media tanam berikut bibit (log bag) jamur tiram. Waktu berlalu, kini, ia sudah memunyai 900 log bag.
Tak hanya itu, Abdul Iman kini menjadi terbiasa untuk memanen jamur tiram per 20 hari sekali. Tiap panen, ia mampu memetik sebanyak 4 kilogram jamur tiram. "Paling banyak dijual di Pasar Induk Kramat Jati," tuturnya.
Sekarang, harga jamur tiram di pasaran berada di kisaran Rp 10.000 per kilogram. Silakan hitung sendiri berapa jumlah pendapatan yang masuk ke kocek para pembudidaya, termasuk Abdul Iman!
Kecoa
Abdul Iman menambahkan perawatan jamur tiram sejatinya mudah. Jamur tiram membutuhkan suhu udara antara 25 derajat Celcius hingga 28 derajat Celcius. Di Jakarta, persoalan suhu memang tantangan tersendiri. Soalnya, suhu di Ibu Kota kebanyakan bertengger di angka rata-rata 32 derajat Celcius. "Makanya, jamur tiram harus sering disiram air," terang Abdul Iman.
Jamur tiram rentan pula terhadap gangguan kecoa dan semut. Biasanya, kedua jenis hewan itu suka makan helai tudung jamur berwarna putih itu.
Yang juga harus menjadi perhatian adalah masa pakai log bag tersebut. Hal ini terkait pula dengan produktivitas bibit. Lazimnya, log bag akan habis usia produktifnya setelah empat bulan. "Penandanya, log bag menjadi kisut dan ringan," papar Abdul Iman.
Sehubungan dengan pengembangan pembibitan pula, Abdul Iman mengatakan kalau warga pembudidaya kini membutuhkan makin banyak log bag. Sayangnya, mereka meski mengeluarkan dana lebih lantaran tak ada penyedia log bag di kawasan Jakarta. Harga log bag per unit besarnya Rp 2.500. "Selain itu, kami masih berharap adanya bantuan untuk perluasan pemasaran," aku Abdul Iman.
Budidaya jamur tiram merupakan salah satu dari kelanjutan program kemitraan pengembangan masyarakat mandiri di Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur bekerja sama dengan Frisian Flag Indonesia (FFI) terang HR & Corporate Affairs Director FFI Sri Megawati. Untuk menegaskan kerja sama itu, sudah ada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama yang dilakukan FFI dengan Ketua Tim Penggerak Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) DKI Jakarta Tatiek Fauzi Bowo berikut perangkat terkait seperti Wali Kota Jakarta Timur Murdani, Camat Pasar Rebo Premilasari, Lurah Gedong Zainul Arifin, dan Ketua TP PKK Kelurahan Gedong Neva Rosita.