Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riau, Negeri Para Hedonis?

Kompas.com - 03/01/2011, 10:11 WIB

Hendaknya tahun 2011 ini kegiatan seremonial di pemerintahan dikurangi dan lebih mengedepankan makna dan manfaat. — Prof Dr H Mahdini MA, Ketua Majelis Agama Indonesia, Riau

KOMPAS.com - Ucapan Ketua Majelis Ulama Indonesia Riau di atas adalah renungan salah seorang pemuka masyarakat Riau menyambut Tahun Baru 2011 di harian Tribun Pekanbaru, 1 Januari 2011. Renungan itu pantas dikaji dan dimaknai mendalam. Benarkah para pejabat di Riau gemar menggelar acara seremonial?

Mari kita kaji. Kita mulai dari isi halaman beberapa koran terbitan daerah Riau yang sebagian besar terbit di ibu kota provinsi, Pekanbaru. Sepanjang tahun, ratusan acara seremonial didanai uang rakyat dari APBD terpampang hampir pada semua koran terkemuka daerah. Acap kali isi sebuah koran didominasi acara-acara seremonial belaka.

Semua kabupaten/kota di Riau memiliki halaman khusus yang dibeli dengan dana APBD. Alhasil, belasan halaman dikapling-kapling hanya untuk berita kegiatan sang pemimpin, gubernur, bupati, wali kota, sekretaris daerah, dan ketua DPRD, ditambah kegiatan para istri. Semua halaman lebih banyak berisi puja-puji, kegiatan seremonial, dan berita-berita yang tidak begitu perlu buat rakyat.

Nilai anggaran untuk mengapling berita itu tidak murah. Satu media dapat mencicipi kue APBD sebesar Rp 1 miliar untuk satu pemerintah kabupaten/kota. Hitung saja kalau total 11 kabupaten/kota di Riau beramai-ramai membeli halaman. Dengan anggaran APBD saja, sebuah media lokal sudah dapat membiayai hidupnya sepanjang tahun.

Seorang praktisi media lokal dalam pembicaraan dengan Kompas.com menyebutkan, halaman koran itu dapat menelan biaya Rp 100 miliar setahun (APBD provinsi, kabupaten/kota). Anggaran itu untuk pembelian halaman koran rutin setiap hari dalam setahun, kegiatan ekstra seremonial yang tidak tertuang dalam kontrak, iklan televisi lokal, ucapan selamat, belasungkawa, dan lain-lain.

Kalau saja anggaran Rp 100 miliar itu dialihkan untuk membangun gedung sekolah, niscaya akan ada penambahan 100 sekolah setiap tahun di Riau (dengan asumsi satu gedung baru senilai Rp 1 miliar). Atau, apabila uang itu dikonversi untuk membangun jalan desa terisolasi, dalam 10 tahun semua desa terpencil di Riau akan terbuka dan lebih gampang dijangkau.

Gemar pamer

Fenomena pembelian halaman koran untuk kegiatan pejabat boleh dikatakan khas Riau. Nyaris tidak ada daerah lain di Tanah Air yang berbuat begitu kecuali untuk acara-acara khusus. Kegiatan pamer diri itu agaknya terkait dengan budaya di negeri Melayu itu.

Penelitian Rahma Yurliani dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara tentang kecenderungan hedonisme pada masyarakat Melayu Medan dan Tanjungpura tahun 2007 menyebutkan, masyarakat Melayu di Provinsi Sumatera Utara itu cenderung konsumtif, boros, dan senang berfoya-foya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com