Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Sang Pelindung Minoritas

Kompas.com - 31/12/2010, 05:22 WIB

Hasibullah Satrawi

Kamis (30/12), genap satu tahun Kiai Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meninggal dunia. Ia meninggalkan republik ini yang masih berkutat dengan sejuta persoalan, terutama kekerasan bernuansa agama dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Kerinduan terhadap sosok dan perjuangan Gus Dur makin menguat mengingat aksi kekerasan dan diskriminasi belakangan semakin marak.

Kerinduan ini bisa dipahami, karena selama hayatnya Gus Dur senantiasa berjuang untuk semua golongan tanpa membeda- bedakan kelompok mayoritas atau minoritas. Akan tetapi, yang utama Gus Dur tidak pernah gentar membela hak-hak kelompok minoritas yang dianiaya.

Ada dua hal yang identik dengan Gus Dur. Pertama, perlindungan terhadap kelompok minoritas agama, keyakinan, ataupun suku dan ras. Gus Dur selalu pasang badan untuk mereka sehingga tak jarang ia dianggap lebih membela ”orang lain” ketimbang ”keluarga sendiri”.

Kedua, pengukuhan keberagamaan bervisi kebangsaan yang memadukan nilai-nilai tradisi dengan modernitas. Inilah salah satu persoalan serius bangsa belakangan ini. Maraknya aksi-aksi intoleransi, bahkan terorisme sepanjang 2010, menunjukkan lemahnya pengukuhan pola keberagamaan bervisi kebangsaan. Akibatnya, nilai-nilai keagamaan kerap diposisikan bertentangan dengan konteks kebangsaan.

Perlindungan minoritas

Dalam laporan akhir tahun 2010 yang dikeluarkan Moderate Muslim Society (MMS) ada 81 kasus intoleransi pada 2010. Aksi-aksi umumnya mengorbankan kelompok minoritas seperti umat Kristiani dan Ahmadiyah. MMS mencatat setidaknya ada 33 aksi intoleransi dialami umat Kristiani dan 25 aksi intoleransi dialami pengikut Ahmadiyah. Ironisnya, sebagian aksi intoleransi justru dilakukan oleh negara.

Selain itu, kelompok minoritas juga kerap didiskriminasi. Kesulitan luar biasa kalangan minoritas membangun tempat ibadah adalah contohnya.

Negara sejatinya melindungi seluruh bangsa, apa pun agama, keyakinan, suku, dan warna kulitnya. Tak peduli kelompok mayoritas atau minoritas. Negara juga harus adil kepada semua anak bangsa, bukan justru mengecilkan diri atau malah turut menganiaya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com