Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Tiada Akhir Nelayan Muara Angke

Kompas.com - 27/11/2010, 08:21 WIB

Oleh BM Lukita Grahadyarini

KOMPAS.com- Casmadi (40) duduk melamun di kapalnya di pinggiran pantai Teluk Jakarta. Di sebelahnya, puluhan kapal kecil berjajar tanpa tuan. Empat bulan nelayan kecil Muara Angke menelantarkan kapal mereka.

Casmadi biasa mengoperasikan kapal berbobot mati 2 ton (GT) bersama tiga rekannya. Namun, sejak Agustus lalu kapal jaring rampus (penangkap rajungan) itu pulang tanpa hasil.

Casmadi dan tiga rekannya pun sejak Oktober lalu berhenti melaut. Selasa sore lalu hingga Rabu pagi Casmadi dan rekannya baru kembali melaut.

Namun, setelah melaut sejauh 2 mil (3,2 kilometer) dari bibir pantai mereka hanya mendapat 1 kilogram (kg) rajungan mati, yang biasanya tidak laku dijual karena dagingnya mudah hancur.

Namun, kali ini tengkulak masih membeli tangkapan Casmadi meski harganya hanya Rp 20.000 per kg. Biasanya harga rajungan Rp 26.000-Rp 28.000 per kg. ”Untung bos (tengkulak) mau membeli rajungan mati. Mungkin kasihan sebab kami sudah nekat menambah utang ke bos untuk modal melaut,” ujar Casmadi.

Hasil penjualan itu masih harus dibagi buat empat orang. Padahal, untuk biaya operasional melaut butuh Rp 80.000.

Pencemaran

Dalam kondisi normal, setiap nelayan kapal rampus mampu menjaring 10-15 kg rajungan per hari. Pencemaran laut yang parah telah membuat ikan di wilayah tangkapan nelayan kecil kian langka. Limbah pencemaran berwarna putih, kadang kehitaman, dengan bau menyengat, telah merusak ekosistem.

Bertahun-tahun Muara Angke menjadi ”tempat pembuangan sampah” Jakarta. Bagi nelayan, dampak pencemaran paling parah tahun ini. Pada September 2010 ikan dan rajungan mati mengambang di laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com