”Kita semua tidak menginginkan, tapi jika ada ancaman (kerugian) akibat letusan Gunung Bromo, seperti kematian ternak, Pemprov Jatim siap memberikan ganti rugi. Untuk sementara ini kami menyiapkan alokasi dana untuk bencana alam sebesar Rp 50 miliar,” kata Soekarwo, Kamis (25/11) setelah sidang paripurna di Gedung DPRD Jatim, Surabaya.
Menurut Soekarwo, mulai Kamis (25/11) sebanyak 250 petugas Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PB) telah bersiap-siap di sekitar kawasan Gunung Bromo. Mereka siap mengevakuasi warga setempat.
”Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melarang warga dan wisatawan mendekati puncak Bromo pada radius tiga kilometer. Tapi kami juga menyiapkan skenario evakuasi kedua dengan jarak hingga enam meter untuk relokasi warga yang akan diungsikan,” kata Soekarwo.
Selain itu, beberapa petugas Satlak PB yang bertugas di Gunung Merapi, khususnya yang menangani dapur umum, sudah mulai dipindahkan ke Gunung Bromo. Namun, petugas medis tetap di sekitar Gunung Merapi karena masih dibutuhkan.
Untuk para pengungsi, Pemprov Jatim dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah menyiapkan dua titik lokasi pengungsian di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Meski demikian, warga di sekitar Gunung Bromo diimbau agar tetap tenang dan tidak terpancing isu letusan.
Setelah penetapan status Awas Gunung Bromo, Selasa (25/11), masyarakat maupun wisatawan dilarang mendekati puncak pada radius tiga kilometer. Sebelumnya, saat status Gunung Bromo masih Waspada larangan naik ke puncak hanya sampai pada radius satu kilometer.
Soekarwo menambahkan, berdasarkan laporan PVMBG, kondisi aktivitas Gunung Bromo mulai turun. Namun, PVMBG membutuhkan waktu hingga tiga hari untuk memastikan apakah gunung yang menjadi ikon wisata Jatim ini benar-benar mereda.
”Jumat (26/11), Kepala PVMBG Surono akan menjelaskan langsung kondisi Gunung Bromo kepada Wakil Presiden Boediono di Kantor Badan Pengembangan Wilayah Suramadu,” ujarnya.
Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan
Diperkirakan, letusan Gunung Bromo tidak berbeda dengan letusan sebelumnya. ”Di Gunung Bromo tidak terjadi gempa vulkanik dalam. Padahal, potensi terjadinya letusan besar harus ditandai gempa vulkanik seperti di Gunung Merapi,” ucapnya. (ABK/INA)