Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jambi dan Mimpi Menjadi KEK

Kompas.com - 16/11/2010, 10:29 WIB

JAMBI, KOMPAS.com - Menyadari kelemahan yang dimiliki, Provinsi Jambi beralih fokus dari upaya menjadikan daerahnya sebagai pusat perdagangan, menjadi pusat wisata yang layak dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK. Ini memungkinkan karena objek wisata yang dimilikinya jarang dimiliki daerah lain dan telah diupayakan untuk mendapat pengakuan Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Urusan Kebudayaan atau UNESCO.

"Untuk mengarah ke sana, pemerintah daerah perlu fokus pada pemenuhan kebutuhan yang mendesak, terutama infrastruktur dan menjamin keamanan. APBD yang sangat terbatas, sebaiknya diarahkan ke infrastruktur penting yang tidak membutuhkan anggaran besar. Untuk anggaran yang besar serahkan pada keterlibatan swasta," tutur Deputi Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Edy Putra Irawadi di Jambi, Selasa (16/11/2010).

Tujuan wisata yang menjadi andalan Jambi saat ini antara lain adalah Candi Muaro Jambi dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Atas dasar itu, salah satu program yang disiapkan Konsorsium Pengembangan Wisata Jambi adalah program wajib kunjung Candi Muaro Jambi bagi siswa kelas 5 sekolar dasar. Langkah ini dapat meningkatkan pengetahuan mendasar masyarakat terhadap kekayaan budaya dan alam yang dimiliki Jambi.

Sebelumnya, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus merasa nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD terlampau kecil, karena hanya Rp 1,2 triliun pada tahun 2010, dan hanya akan meningkat menjadi Rp 1,3 triliun pada tahun 2011. Jumlah tersebut belum cukup untuk menutup seluruh kebutuhan utama yang sangat mendesak di provinsi tersebut, terutama infrastruktur.

"Nominal APBD tersebut sangat kecil dibandingkan dengan provinsi lain yang terdekat dengan Jambi. Sebagai perbandingan, Provinsi Sumatera Selatan memiliki nominal APBD sekitar Rp 5 triliun. Adapun di Riau ada beberapa kabupaten dan kota yang sudah memiliki nominal APBD yang setara dengan Provinsi Jambi," ungkapnya.

Tidak bisa menunggu 

Edi menegaskan, Jambi tidak bisa menunggu hingga uang datang ke APBD dalam mengembangan perekonomiannya. APBD Jambi juga sebaiknya diarahkan untuk mendanai industri kreatif berbasis wisata.

"Agar lalu lintas barang juga dapat diperlancar, Jambi butuh investasi untuk pengadaan pengangkutan barang lewat udara, karena perjalanan dari Jambi ke Singapura mambutuhkan waktu lima jam dan ke Kuala Lumpur enam jam. Setidaknya, alat angkut ini bisa mengangkut komoditas perkebunan yang banyak dikembangkan di Kabupaten Kerinci, seperti kentang dan sayur mayur," ungkapnya.

Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Firmansyah Rahim dalam makalahnya tidak menyebutkan satu pun objek wisata di Jambi ke dalam program pengembangan destinasi 2010-2014. Tarikan pasar yang masuk dalam program tersebut antara lain Gunung Bromo di Jawa Timur, Danau Toba dan Nias di Sumatera Utara, pantai Pangandaran di Jawa Barat, Bunaken di Sulawesi Utara, hingga Candi Borodubur di Jawa Tengah.

Firmansyah menyebutkan, hingga September 2010 jumlah kunjungan wisatawan asing ke berbagai tujuan wisata mencapai 5,185 juta orang atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 sebanyak 4,619 juta orang. Penerimaan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2010 diharapkan akan mencapai 7 miliar dollar AS atau meningkat dibandingkan tahun 6,5 miliar dollar AS. Nilai devisa tersebut belum melampaui posisi tahun 2008 yang berada di posisi 7,5 miliar dollar AS.

"Total wisatawan asing pada tahun 2010 diharapkan akan mencapai tujuh juta orang," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com