Padang, Kompas
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar Yosmeri, Senin (8/11), mengatakan, ribuan ton ikan mati kekurangan oksigen karena peningkatan kadar amoniak dalam air.
Camat Tanjung Raya Kurniawan Syahputra saat dihubungi mengatakan, dari sembilan nagari di kecamatan itu, delapan di antaranya langsung berbatasan dengan Danau Maninjau. ”Dua nagari yang paling parah terdampak ialah Nagari II Koto dan Nagari Koto Malintang,” katanya.
Menurut Kurniawan, ikan di dalam keramba mulai mati pada Sabtu pekan lalu. Puncak kematian ikan terjadi pada hari Minggu. ”Sampai sekarang masih ada ikan yang mati,” katanya.
Harga jual ikan mas saat ini Rp 12.000 per kilogram dan ikan nila Rp 15.000 per kg.
Yosmeri menuturkan, kejadian tersebut diawali hujan deras disertai badai pada pekan lalu yang membuat bekas pakan dan kotoran ikan di dasar danau terangkat ke permukaan.
Berdasarkan catatan
Ahli perikanan Universitas Bung Hatta, Padang, Prof Hafrijal Syandri, mengatakan, kematian ikan-ikan itu disebabkan fenomena umbalan yang dipicu hujan badai. Berbagai sisa pakan ikan, seperti fosfor, belerang, nitrit, dan nitrogen, yang mengendap di dasar danau teraduk-aduk dan naik ke permukaan. Dalam kadar tertentu, zat-zat itu menjadi racun mematikan bagi ikan.
Yosmeri menambahkan, pemerintah sudah memperingatkan para petani keramba pada 6 September akan kemungkinan bencana itu dan meminta agar para pemilik serta pengelola keramba menjaga jarak antarkeramba dan mengurangi kepadatan tebaran ikan pada setiap keramba.