Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Padi di Merapi Tetap Hijau?

Kompas.com - 08/11/2010, 16:51 WIB

SRUMBUNG, KOMPAS.com - Di tengah berhektar-hektar lahan yang rusak berwarna kelabu diterjang awan panas dan hujan abu vulkanik Merapi, ada sepetak lahan berisi semaian padi yang tetap hijau di Srumbung, Magelang, 14 kilometer sebelah barat gunung Merapi. Pemandangan yang sangat kontras dengan sekelilingnya itu ditemui  Senin (8/11/2010).

Tak jauh dari lahan berukuran sekitar 2x2 meter itu, mengalir Sungai Putih, yang berwarna kelabu karena membawa lahar dingin Merapi. Entah, apa penjelasan ilmiah soal tetap hijaunya bibit padi itu. Namun, warga punya jawaban sederhana, mengapa benih itu tetap tegak dan hijau, sementara pelepah kelapa, salak, dan batang pohon patah.

"Kalau masih kecil itu kan batangnya tegak jadi abu langsung jatuh ke tanah, tidak membebani batang. Lain halnya dengan kelapa yang batangnya melintang dan berdaun. Itu jadi menampung abu, yang semakin berat, dan akhirnya patah," kata seorang warga, Trimo (51).

Senada dengan itu, seorang warga lainnya, Nur (36), mengatakan, "Itu karena masih kecil, Mas. Kalau sudah besar, ada bulirnya, juga hancur karena abu." Penjelasan singkat yang sederhana itu memang masuk akal.

Ditambahkan para warga, alam yang memberi penghidupan, dan manusia harus ikhlas, bila alam mengambilnya lagi. "Memang begini dari dulu, Mas. Masa kita terus yang mengambil dari alam. Nanti kalau sudah waktunya, kita juga diberi lagi. Buktinya, bibit padi hidup, artinya kan alam juga menyisakan bekal untuk kita mulai baru lagi," kata Trimo sambil tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com