Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minyak Tanah Ditarik

Kompas.com - 01/11/2010, 06:19 WIB

BATAM, KOMPAS - Pengurangan pasokan minyak tanah bersubsidi oleh Pertamina di Batam, menyusul program konversi bahan bakar, menyusahkan nelayan tradisional, terutama Suku Laut. Hal ini terjadi karena pengurangan dilakukan tanpa diikuti program penyesuaian distribusi di lapangan yang sesuai kondisi spesifik masyarakat.

”Di kios, kami hanya dijatah paling banyak lima liter setiap bulan. Mana cukup untuk memasak dan mencari ikan,” kata Marjinah (38), salah seorang perempuan Suku Laut di Dapur Arang, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Belakang Padang, Sabtu (30/10).

Bagi masyarakat nelayan tradisional, minyak tanah tidak hanya untuk bahan bakar memasak, tetapi juga menjadi bahan bakar untuk penerangan saat mencari ikan pada malam hari.

Mencari ikan pada malam hari menjadi alternatif usaha nelayan karena kemungkinan mendapat hasil tangkapan lebih besar. Pasalnya, tidak mudah mencari ikan pada siang hari karena laut penuh dengan lalu lintas perahu pancung, kapal feri, dan tongkang milik industri.

Sampai saat ini, Suku Laut, minimal di Dapur Arang dan Pulau Ngenang, menolak menggunakan gas. Salah satu faktor penyebabnya, mereka khawatir tabung meledak sebagaimana terjadi di sejumlah daerah selama ini di samping faktor kebiasaan yang tidak mudah diubah.

Akibat minyak tanah tidak lagi cukup, kini Suku Laut memulung potongan papan kayu untuk dijadikan bahan bakar. Guna memicu agar kayu mudah terbakar, biasanya Suku Laut membakar karet dan meneteskan lelehannya di atas potongan kayu tersebut.

Menurut Ketua Suku Laut Dapur Arang Mustafa, kesulitan yang dialami Suku Laut tersebut sampai saat ini tidak dipedulikan Pemerintah Kota Batam. Buktinya, Suku Laut terus-menerus kekurangan pasokan minyak tanah.

Harganya pun tergolong mahal, Rp 12.000 untuk satu botol minyak tanah ukuran 1,5 liter. Padahal harga eceran toko di pulau pedalaman ditambah ongkos distribusi semestinya Rp 3.300 per liter.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam Ahmad Hijazi, beberapa waktu lalu, menyatakan, Pertamina menghentikan total pasokan minyak tanah bersubsidi di Pulau Batam per Juni lalu. Langkah itu dilakukan setelah target konversi sebanyak 212.000 keluarga di Kota Batam terpenuhi Mei lalu.

Namun khusus untuk pulau-pulau pedalaman, pasokan tidak dihentikan total. Per Juli, Pertamina mengklaim memasok 15 ton minyak tanah bersubsidi atau 50 persen dari pasokan sebelumnya.

Meskipun demikian, berapa volume minyak tanah yang benar-benar dipasok, menurut Hijazi, hanya Pertamina yang tahu. Pasokan minyak tanah 15 ton per hari untuk kebutuhan masyarakat nelayan di pulau pedalaman Kota Batam sebenarnya masih kurang. (LAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com