Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Penyakit Mengincar Pascabencana

Kompas.com - 29/10/2010, 04:29 WIB

Oleh Indira Permanasari

Warga yang selamat dari letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, bukan berarti bebas dari berbagai masalah kesehatan. Justru berbagai macam penyakit kini mengintai mereka setelah terjadinya bencana alam.

Gunung api yang meletus antara lain menimbulkan awan panas yang merupakan campuran material letusan, seperti gas dan bebatuan berbagai ukuran. Suhu sangat tinggi, 300-700 derajat celsius, dan kecepatan lumpur sangat tinggi, lebih dari 70 km per jam, tergantung kemiringan lereng.

Letusan juga disertai hujan abu lebat berisi material batu dan pasir halus. Gas racun keluar dari rongga-rongga atau rekahan gunung (tidak hanya saat erupsi), biasanya karbon dioksida (CO), hidrogen sulfida (HS), hidrogen klorida (HCL), sulfur dioksida (SO), dan karbon monoksida (CO). Beberapa gunung yang mempunyai karakteristik letusan gas beracun, antara lain, Gunung Tangkuban Perahu di Bandung Utara, Dieng di Jawa Tengah, serta Gunung Papandayan dan Gunung Ciremai di Jawa Barat.

Luka bakar berbeda

Letusan gunung bisa menimbulkan luka bakar dari awan panas dan uap panas gunung api. Pengajar epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko W, mengatakan, luka bakar yang timbul akibat letusan gunung api berbeda dengan luka bakar karena api biasa atau siraman air panas. Suhu api sekitar 120 derajat celsius dan air panas setidaknya 100 derajat celsius sehingga luka yang terjadi umumnya sebatas pada kulit.

”Pada luka bakar akibat uap panas gunung api, lukanya lebih dalam, dapat mencapai otot karena suhu mencapai 400-600 derajat celsius,” ujarnya.

Selain itu, uap panas yang terhirup mengakibatkan kerusakan organ, misalnya saluran pernapasan, tergantung lama dan jarak paparan.

”Mukosa (lapisan dalam) saluran pernapasan rusak sehingga cairan terganggu. Jika panas mencapai bronkus, dapat memengaruhi elastisitas bronkus dan mengganggu pernapasan. Dampak akan lebih berat kalau mencapai trakea,” ujarnya. Sejauh mana luka bakar akibat letusan gunung api tersebut dapat disembuhkan, tergantung keparahan.

Bella Donna dari Divisi Manajemen Bencana Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengatakan, luka bakar luas, yakni 80-90 persen tubuh, menyebabkan kurangnya cairan tubuh sehingga mengganggu keseimbangan elektrolit, gangguan pada jantung, dan penurunan fungsi tubuh. Bahkan, mengakibatkan kematian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com