Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rela Gadaikan Mobil Demi Pantau Merapi

Kompas.com - 28/10/2010, 07:02 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Berawal dari kecintaan pada Gunung Merapi yang eksotis, Capung Indrawan rela menggadaikan mobilnya untuk terus memantau perkembangan aktivitas gunung yang saat ini tengah bergejolak.

"Sementara mobil di sekolahkan, karena kegiatan pemantauan Merapi seperti sekarang butuh biaya banyak seperti pembelian peralatan baru, perawatan alat, sampai mendirikan gardu ronda atau tower," katanya.

Tak banyak orang yang mau meluangkan waktu hanya untuk menghabiskan energi memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi yang berada di wilayah empat kabupaten dan dua propinsi tersebut. Namun, ayah dua anak ini sejak empat tahun silam intens memelopori berdirinya Komunitas Lereng Merapi (KLM) untuk memantau aktivitas gunung ini.

"Memantau Merapi tidak bisa dari satu sisi, kami membuat titik ronda di lingkar Merapi menjadi satu keluarga," ujarnya.

Dengan membangun repeater jaringan komunikasi VHF di tiga titik yaitu di Merapi, Merbabu, dan Jongkang, pria kelahiran 46 tahun silam ini berkomunikasi melalui handytalkie dengan 720 orang relawan yang rela meluangkan waktu dan tenaga memantau perkembangan Merapi.

Saat Merapi bergejolak seperti sekarang, ia mengaku, KLM mendirikan gardu ronda atau tower baru di enam titik yaitu di Sambung Rejo, Kalitengah Lor, Kaliadem, Ngrangkah, Turgo, dan Tunggularum untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai aktivitas Merapi.

Ia menambahkan, pendirian gardu ronda ini sangat tergantung pada arah ancaman. "KLM memiliki 720 orang yang memiliki potensi menjadi trigger atau bisa diandalkan dalam rangka penanggulangan tanggap bencana Merapi," ujarnya.

Uniknya, komunitas ini menggunakan jaringan komunikasi yang menghubungkan warga di Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten tidak untuk mendidik anggotanya menjadi briker, namun lebih memberdayakan jaringan komunikasi ini untuk pertukaran informasi ekonomi yang bermanfaat bagi warga yang sebagian besar hidup di sektor agraris.

Mengusung konsep yang berbasis pada masyarakat, KLM mencoba mandiri bahkan dari pendanaan. "Dana untuk kegiatan ini dari iuran anggota. Memang tidak menutup kemungkinan kalau Merapi sedang bergejolak seperti saat ini, terkadang ada sponsor yang mau mengucurkan dana untuk membiayai kegiatan ini, tapi sifatnya temporal," katanya.

Sebagai komunitas pemantau gunung, Capung mengaku KLM juga bekerjasama dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). "Kita mendapat pantauan kronologis dari BPPTK dan selama ini BPPTK juga sering menggunakan informasi yang kami berikan," ujarnya.

Ke depan Capung bersama KLM yang muncul dari ketertarikan pada aktivitas gunung berapi ini berupaya bisa semakin mengembangkan KLM tak hanya sekadar sebagai sarana tanggap bencana Merapi, namun bisa mendidik masyarakat dengan sosialisasi kegunungapian. Mengajak masyarakat meningkatkan kewaspadaan sekaligus mencintai Merapi.

foto lengkap di:  KOMPAS IMAGES

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com