Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Letusan Merapi Belum Berakhir

Kompas.com - 27/10/2010, 05:58 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Krisis yang ditimbulkan oleh erupsi Gunung Merapi belum bisa dipastikan berakhir karena sebagian besar waktu kejadian erupsi yang bersifat eksplosif secara visual tidak terpantau karena kondisi lapangan berkabut dan gelap.

Demikian penegasan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Surono, Selasa (26/10/2010), tentang peristiwa erupsi eksplosif Gunung Merapi, sebagaimana diperkirakan Surono sebelumnya.

Surono menyatakan belum bisa disimpulkan apakah proses erupsi ini sudah mencapai klimaks atau masih ada susulan lagi. ”Semuanya masih mungkin karena data aktivitas masih terus berlangsung. Namun, pemantauan terhambat gelap dan petugas pengamat yang kami perintahkan untuk turun menyelamatkan diri. Masa kritis belum bisa dipastikan berakhir,” katanya.

Hingga pukul 23.00, jumlah korban yang tewas 12 orang, termasuk seorang wartawan dari Vivanews.com, yakni Yuniawan Nugroho. Namun, menurut Bambang Kriwil, anggota tim SAR yang membawa turun kantong jenazah, diperkirakan masih banyak lagi korban tewas di Dusun Kinahrejo. Bahkan, diduga kuat Mbah Maridjan ikut jadi korban tewas.

Menurut anggota tim SAR lain, sebagian besar korban ditemukan di sekitar masjid milik keluarga Mbah Maridjan. Selasa malam, Sultan Hamengku Buwono X juga menyempatkan diri meninjau lokasi musibah di Kinahrejo, tetapi ia tidak bisa dihubungi. ”Beliau baru saja turun, Mas. Mungkin lagi repot. Saya pikir musibah ini sudah diantisipasi tetapi sebagian warga tidak mau dievakuasi,” ujar GKR Hemas, istri Sultan HB X.

Selasa sore, tiga dentuman besar letusan Merapi terjadi pada pukul 18.10, 18.15, dan 18.25. Letusan diawali suara gemuruh besar, sejak pukul 18.00 yang terdengar dari pos pengamatan Gunung Merapi di Jrakah (Kabupaten Magelang) dan Selo (Kabupaten Boyolali). Pengamat di Pos Selo melihat nyala api di puncak Merapi yang diikuti bumbungan asap berketinggian sekitar 1,5 kilometer.

Surono menyatakan belum mengetahui radius dampak awan panas yang menyertai letusan itu karena kondisi lapangan berkabut dan gelap. Ia memastikan, dengan tiga kali dentuman itu, erupsi Merapi bersifat eksplosif, bukan efusif seperti pola biasanya. ”Erupsi ini juga lebih besar dari tiga erupsi Merapi sebelumnya.”

Menurut Surono, salah satu parameternya adalah durasi awan panas yang jauh lebih lama dari erupsi tahun 2006. Pada erupsi tahun 2006, menurut Surono, awan panas hanya berlangsung paling lama 7 menit. Sekarang lebih dari 30 menit. Dusun Mbah Maridjan

Bambang Kriwil melaporkan, kondisi terakhir Dusun Kepuhharjo, Umbulharjo, Cangkringan, terisolir karena tertutup abu vulkanik setinggi 5 sentimeter. Dusun ini adalah dusun kediaman Mbah Maridjan (72), juru kunci Merapi.

Kondisi desa juga sunyi senyap karena lampu listrik mati, pohon-pohon bertumbangan, disapu lahar dan awan panas. Sejumlah rumah juga rusak karena tertimpa pohon tumbang dan terbakar akibat lahar panas.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com