MANADO, KOMPAS -
Ketua Kelompok Tani Lestari di Desa Buyungan, Kecamatan Amurang, Jimmy Agustinus, Rabu (29/9), mengatakan, dalam satu minggu saja harga di tingkat petani sering berubah-ubah.
Saat ini harga kopra Rp 6.150 per kg. Pekan lalu masih Rp 6.400 per kg. Bulan lalu, harga satu kilogram kopra sekitar Rp 5.000 per kg, sedangkan tahun lalu sekitar Rp 3.000.
Salah satu pengepul kopra di Amurang, Alfred Moniaga (59), menambahkan, harga jual kopra dapat berubah setiap hari karena sangat bergantung pada fluktuasi nilai dollar Amerika Serikat. Ketergantungan itu terjadi karena kopra yang diproduksi di Minahasa Selatan, bahkan Sulawesi Utara, merupakan komoditas ekspor.
Alfred menambahkan, tidak stabilnya harga kopra kian terlihat sejak lima tahun lalu. Sebelumnya, meski harga naik-turun, selisihnya tidak besar. Karena kondisi itu pula, ia tidak lagi berani menumpuk kopra petani selama satu minggu.
”Dulu saya baru jual kopra ke pabrik pengolahan setelah terkumpul 50 ton dan biasanya butuh waktu seminggu. Sekarang baru terkumpul 5-6 enam ton dalam waktu tiga hari, saya sudah jual ke pabrik,” katanya.
Tidak stabilnya harga jual kopra ini praktis berdampak pada penghasilan petani. ”Kalau saat panen harga rendah, kami hanya dapat sedikit untung,” kata Max Ottay (46), salah seorang petani di Buyungan.
Kopra adalah komoditas perkebunan utama di Minahasa Selatan dan Sulawesi Utara. Tahun lalu, produksi kopra kabupaten itu 265.451,58 ton.