Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Itu Soal Peradaban, Tuan...

Kompas.com - 20/09/2010, 21:11 WIB

KOMPAS.com — Persoalan sampah bukan sekadar kebersihan semata. Bagi mereka yang terlupakan, sampah adalah soal peradaban. Wajah Nyoman (47) tak menampilkan raut jijik. Dia duduk di atas tumpukan sampah truk hijau. Truknya bertuliskan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Kota Denpasar, melaju pelan di antara pikuk Denpasar. Sesekali truk berhenti untuk menaikkan tumpukan sampah di beberapa sudut.

Dia masih trengginas naik-turun truk sampah. Tubuhnya pejal dengan baju kotor berwarna hijau kusam karena sengatan matahari. Itu seragam dinasnya. Sementara truk yang kotor, bau dan menyesakkan napas adalah kendaraan dinasnya. Rutinitas ini dilakukan karena menyangkut isi perut keluarga.

"Masyarakat nyaris enggak pernah mikir, bagaimana sesungguhnya tugas kami," kata Nyoman yang enggan menyebutkan nama lengkapnya. Masyarakat hanya tahu membungkus, membuang, lalu menunggu petugas sampah datang mengangkut. Beres. Persoalan kebersihan kota hanya dianggap tanggung jawab petugas DKP.

Setelah sampah berada di luar halaman rumah mereka, persoalan dianggap selesai. "Toh, kami sudah membayar dan langganan tukang sampah," alasan Nengah Artawa, warga Jalan Gunung Batur, Denpasar. Nyoman Mambal Ngurah Hena, warga Jalan Waturenggong, juga melakukan hal serupa. "Saya bayar Rp 15.000 setiap bulan," ucapnya. Tukang sampah menyambangi rumah mereka saban dua hari. Tong sampah rumah Mambal dipenuhi berbagai jenis sampah, dari tisu, pembungkus makanan, daun, sampai bekas minuman. Sampah organik dan nonorganik bercampur dalam satu wadah.

Bagi Nyoman, kebersihan kota bukan hanya tanggung jawab dia dan kawan-kawan. "Masyarakat juga harus dilibatkan mengolah sampah secara mandiri," katanya. Pengelolaan seperti itu akan mengurangi beban TPA Suwung yang sudah kelebihan kapasitas. Dia menyaksikan sendiri bagaimana Suwung dikirimi puluhan truk sampah setiap harinya. Gunungan sampah bahkan merambah kawasan mangrove.

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali 2009 menunjukkan, sampah perkotaan di Bali mencapai 5.093 meter kubik per hari. Volume sampah rumah tangga bahkan lebih mencengangkan, 10.182,1 meter kubik per hari pada 2008. Kota Denpasar menyumbang angka tertinggi.

Sistem pengelolaan sampah di Bali masih konvensional, yakni diangkut dan ditimbun dengan persentase masing-masing 39,08 persen dan 60,92 persen. Di Denpasar, 100 persen sampah diangkut ke TPA Suwung yang luasnya hanya 22 hektar.

Sederhana Bagi aktivis lingkungan hidup, Hira Jhamtani, sejatinya persoalan persampahan itu sederhana saja. "Cara pandang terhadap sampah yang harus kita ubah," kata Hira dalam sebuah diskusi pada pertengahan Agustus lalu di Denpasar.

Dia menilai, masyarakat selalu memandang sampah sebagai barang sisa yang harus disingkirkan. Padahal menurut Hira, sampah harus dilihat sebagai obyek yang bisa diolah sehingga berfungsi kembali.

Dia melakukan itu di rumahnya. Sampah rumah tangga yang dihasilkan kemudian diolah agar kembali memiliki nilai fungsional. Sampah cair, misalnya, dia ubah dengan mesin menjadi biogas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com