Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyiapkan Bandar di Enggano

Kompas.com - 09/09/2010, 02:46 WIB

YUNI IKAWATI

Enggano diketahui berada di salah satu segmen kegempaan di pesisir barat Sumatera. Namun, karena lokasinya yang strategis, pulau terluar di Bengkulu ini akan dijadikan bandar antariksa. Maka, persiapan khusus dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Pulau kecil yang luasnya hanya sekitar 400 kilometer persegi ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang menghadap laut bebas, Samudra Hindia. Pulau itu sudah lama dikenal dunia setelah ditemukan Cornelis de Houtman pada 5 Juni 1596. Ia lalu menamainya Enggano, yang berarti kecewa dalam bahasa Portugis.

Beberapa kali pulau ini disebut-sebut dikaitkan dengan gempa besar di Bengkulu. Gempa-gempa yang mengguncang pesisir provinsi ini episentrumnya berada di perairan sekitar Enggano yang menjadi salah satu segmen kegempaan di sepanjang pantai barat Sumatera.

Berdasarkan data sejarah, pada 24 November 1833, Bengkulu diguncang gempa dan dilanda tsunami. Ini pengulangan kejadian 15 tahun sebelumnya, yaitu 18 Maret 1818. Dalam 10 tahun terakhir, tahun 2000 dan 2007, gempa berkekuatan sekitar 7 SR disertai tsunami (kecil) melanda wilayah tersebut.

Kondisi rawan gempa ini membuat Enggano, yang berada di barat daya Kota Bengkulu pada jarak 226 km, bukan tempat yang aman untuk didiami. Namun, untuk aspek wisata bahari, pulau yang menghadap laut bergelombang besar itu berpotensi untuk olahraga selancar.

Lokasinya yang menghadap laut lepas di sebelah selatan khatulistiwa ini kemudian menarik perhatian pimpinan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). ”Pulau ini berada pada posisi geografis yang strategis untuk peluncuran roket pengorbit satelit di orbit polar. Untuk orbit khatulistiwa telah ada di Biak,” ujar Adi Sadewo Salatun, Kepala Lapan. Hal ini terkait dengan rencana Lapan meluncurkan roket pengorbit satelit (RPS) pada 2014.

Akhirnya Lapan memutuskan memindahkan stasiun peluncuran roket dari Pamengpeuk ke pulau tersebut. Keputusan didasari keterbatasan kondisi sekitar stasiun peluncuran di pantai selatan Jawa Barat itu.

Lokasi peluncuran Pamengpeuk didesain untuk peluncuran roket diameter maksimum 420 mm yang mensyaratkan jarak aman saat peluncuran sejauh 200 km. Kini stasiun ini tidak lagi memenuhi syarat zona amannya karena di sekitar lokasi telah penuh permukiman. Sekitar daerah peluncuran harus bebas sampai radius 40 kilometer.

Relokasi stasiun antariksa diproyeksikan untuk uji terbang roket berdiameter 550 mm, yang akan menjadi wahana pembawa satelit ke orbit. Peluncuran satelit, ungkap Adi, akan menggunakan konfigurasi roket bertingkat tiga—berdiameter 550 mm dan 420 mm.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com