Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Anarkis Peringati Hari Buruh

Kompas.com - 01/05/2010, 00:26 WIB

PADANG, KOMPAS.com - Praktisi Hukum dari Sumbar Adri SH meminta kalangan buruh yang akan memperingati My Day (hari Buruh se Dunia) jangan sampai berperilaku anarkis karena hal itu bisa berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Ekonomi Indonesia kini sudah tumbuh dengan kuat ditandai dengan pertumbuhan devisa negara yang sudah mencapai 75 milyar dolar AS, dan sangat sayang jika terganggu hanya gara-gara tradisi memperingati May day itu dengan salah kaprah," kata Adri di Padang, Jumat (30/4/2010).

Hari Buruh sedunia lebih cenderung diperingati oleh para buruh yang berada di kota-kota besar, dan hal itu sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.

Bahkan buruh-buruh di Thailand kini justru memperingati My Day itu dengan melakukan aksi anarkhis hingga kerusuhan terjadi di negara itu.

Menurut Adri, setelah kerusuhan itu, Thailand akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menormalisasikan kondisi negaranya.

"Kerusahan yang terjadi tersebut tentu berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di negara itu antara lain investor asing merasa khawatir berkunjung dan bekerjasama," katanya berharap agar kondisi demikian tidak terjadi di Indonesia.

Apalagi dengan kondisi perekonomi Indonesia yang cukup bagus kini ditandai devisa negara yang tumbuh 75 milyar dolar AS itu amat sayang bila melemah hanya jika dicederai dengan aksi anarkis.

Jika aksi yang merugikan bangsa itu tidak dilakukan buruh, Indonesia optimistis bisa mencapai terjadinya pertumbuhan devisa negara sebesar 100 milyar dolar AS dalam tahun 2010. Idealnya Indonesia perlu 200 milyar dolar AS untuk cadangan devisa.

"Karena itu peringatan Hari Buruh sedunia paling penting disuarakan adalah pembelaan terhadap hak-hak normatif buruh," kata Adri, seorang hakim Pengadilan Hubungan Industrial dari unsur pengusaha itu.

Namun demikian, Adri juga berharap agar buruh terus berupaya meningkatkan kualitas diri agar posisi tawar menawar buruh dan pengusaha menjadi kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com