Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pewarnaan Alami untuk Batik Jambi

Kompas.com - 19/04/2010, 03:29 WIB

Jambi, Kompas - Metode pewarnaan alami pada kerajinan batik mulai dikembangkan Pemerintah Provinsi Jambi. Namun, pembatik lokal telah lebih dahulu melakukan pewarnaan alami menggunakan bahan pewarna khas dari hutan Jambi.

Pengembangan metode pewarnaan alami itu dilakukan Dewan Kerajinan Nasional Provinsi Jambi melalui pelatihan khusus pada Sabtu (17/4). Menurut Ketua Panitia Ida Mariyanti, pewarnaan batik Jambi diambil dari, antara lain, kulit kayu bergetah dan daun jambu, daun mengkudu, serta daun mangga yang direbus.

”Kami giatkan penggunaan pewarna alami bagi perajin batik lokal. Pelaksanaan sangat mudah karena semua bahan mudah diperoleh,” ujarnya.

Di Sentra Batik Jambi, Kampung Olak Kemang, Danau Teluk, Kota Jambi, pemanfaatan pewarna alami telah lebih dahulu dilakukan. Edy Sunarto, perajin setempat, misalnya, telah memanfaatkan kulit kayu jelutung, kulit kayu bulian, kayu lempato, dan kulit kayu merbau, yang didapat dari hutan di Jambi, untuk mewarnai batik sejak tahun 2008.

Kulit kayu jelutung, lanjutnya, dapat menghasilkan warna kuning kecoklatan. Kulit kayu merbau menghasilkan warna biru dongker, kayu lempato membikin warna kuning cerah, dan daun ketepeng menghasilkan warna abu-abu.

Kayu bulian yang khas Jambi jika dicampur dengan kayu tinggi dari Yogyakarta dapat menghasilkan warna coklat muda. ”Kami terus melakukan pengembangan agar memperoleh warna yang lebih beragam,” ujarnya.

Pewarnaan alami pada batik jauh lebih rumit dibandingkan pewarnaan kimia. Untuk memperoleh warna, dibutuhkan perebusan bahan pewarna hingga 30 jam dengan kayu bakar. Batik direbus dengan pewarna hingga 15 kali, setiap pencelupan dibutuhkan 15-20 menit. Pencelupan yang dilakukan berulang untuk mendapatkan warna yang lebih jelas dan pekat sehingga memberi kesan kekinian.

Setelah itu, pewarnaan masih harus melalui pengapuran agar warna tak luntur. Lamanya pewarnaan alami membuat hasil produksi batik itu lebih mahal. Selembar kain dihargai Rp 2 juta-Rp 5 juta. (ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com