HALMAHERA SELATAN, KOMPAS -
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Halmahera Selatan Achmad Kiat, yang dihubungi dari Ambon, Maluku, Minggu (18/4), mengatakan, dalam pertemuan dengan Disnakertrans Halmahera Selatan dan Disnakertrans Maluku Utara di Balai Desa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Fida SP-6 pada 11 April, warga transmigran SP-6 meminta permukiman mereka dilengkapi infrastruktur jalan.
”Jalan dimaksud memanjang dari kantor UPT Nusliku SP-3 ke Desa Samat, Kecamatan Gane Barat, tempat pelabuhan terdekat, sekitar 17 kilometer. Lokasi kantor UPT Nusliku berdekatan dengan SP-6,” papar Achmad.
Pelabuhan merupakan satu-satunya jalur pemasaran hasil panen transmigran karena jarak SP-6 ke lokasi transmigran SP-1 yang dekat dengan Fida, ibu kota kecamatan, terlampau jauh.
Dana APBD Halmahera Selatan, menurut Achmad, sudah habis untuk membangun jalan penghubung dari lokasi transmigrasi di SP-1 ke SP 2 dan jalan penghubung dari SP-2 ke SP-4.
Tidak adanya jalan penghubung dan sulitnya transmigran memasarkan hasil panen ini menjadi salah satu faktor sejumlah transmigran keluar dari lokasi transmigrasi, (Kompas,
Berdasarkan catatan Disnakertrans Halmahera Selatan, ada 18 keluarga (57 jiwa) dari Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat yang sudah meninggalkan lokasi permukiman transmigrasi. Sekarang tinggal 135 keluarga di lokasi transmigrasi SP-6.
Tak adanya akses jalan yang memadai inilah yang membuat transmigran kesulitan menjangkau puskesmas atau rumah sakit. Anak-anak transmigran juga tidak bisa sekolah.