Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Coba Roket Lapan, Suami Istri Luka-luka

Kompas.com - 28/01/2010, 13:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua dari 12 roket yang dirancang oleh para ahli Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang diluncurkan di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (27/1/2010), melenceng dari lintasan.

Akibatnya, salah satu roket yang melenceng tersebut mengenai pasangan suami-istri Muhammad dan Tiamah, warga Dusun Rekesan, Desa Pandan Arum, Kecamatan Tempeh. Muhammad mengalami luka bakar dan Tiamah harus diamputasi kakinya di Rumah Sakit Umum Dokter Haryoto, Lumajang.

Menurut Ketua Lapan Dr Adi Sadewo Salatun, ada satu roket yang menggunakan sistem "guided" dengan komputer pengendali di dalamnya yang ternyata menyasar ketika diluncurkan. Dikatakan, sebuah roket melenceng dari lintasan selain disebabkan angin juga bisa karena ada persoalan pada komputer, elemen kendali, atau aktuator.

"Memang angin bisa menjadi penyebab melencengnya roket, juga banyak hal lain seperti komputernya, elemen kendali, aktuator dan lain-lain," kata Adi Sadewo melalui telefon di Jakarta, Kamis (28/1/2010).

"Soalnya roket yang lain yang sistem balistik tidak ada masalah," katanya.

Namun, lanjut dia, pihaknya belum bisa memastikan penyebab menyasarnya dua dari 12 Roket Kendali Nasional (RKN) yang merupakan program Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) bekerja sama dengan Lapan dan PT Pindad itu.

"Untuk sementara, menurut laporan di lapangan penyebabnya angin yang bertiup kencang di atas 20 knot. Karena syarat peluncuran roket itu tidak boleh dalam kondisi angin lebih dari 20 Knot. Hanya saja kecepatan angin berubah secara tiba-tiba," katanya.

Adi juga menyatakan prihatin mengenai celakanya dua warga suami-istri akibat menyasarnya roket tersebut dan mengatakan akan mengurus korban sebaik-baiknya.

Menurut dia, standard prosedur operasi keamanan telah dijalankan menjelang uji coba roket, namun banyak warga tetap menonton dalam radius berbahaya walau sudah berkali-kali dilarang.

Deputi Teknologi Dirgantara Lapan, Soewarto yang pada Rabu turut mendampingi Menristek Suharna Surapranata menyaksikan peluncuran mengatakan, saat itu angin kencang dan berubah-ubah.

"Roket kendali hanya bisa diluncurkan dalam kondisi kecepatan angin di bawah 15 knot, karena itu kami menunggunya sampai 1,5 jam untuk kembali meluncurkannya. Ketika sudah menurun kecepatannya baru kami luncurkan," katanya.

Namun, ketika telah meluncur, ternyata angin kembali kencang dan membuat roket bergeser 500 meter, menyasar ke sebuah gubuk milik warga," katanya sambil menambahkan Menteri dan sejumlah pejabat lain sudah pulang ketika terjadi salah sasaran tersebut.

Selain angin, roket kendali bisa juga melenceng akibat program komputer di dalam roket yang perintahnya tidak tepat diikuti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com