Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemicu Perang 10 November Ternyata Bukan Bung Tomo

Kompas.com - 10/11/2009, 15:36 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - 64 tahun lalu, perang besar membakar Surabaya. Siapa pemicu perlawanan terhadap Inggris itu, sehingga banyak orang rela datang ke kota ini dan sama-sama rela mati, meskipun peluang menang sangat kacil.

Selain keberanian Bung Tomo yang akrab didengar dari banyak kisah, penyulut perang besar itu tidak bisa dilepaskan dengan sikap Gubernur Suryo.

Namun, di waktu yang hampir bersamaan, peran kiai NU dari sudut kampung Bubutan juga tidak bisa ditampikkan.

Mereka ikut memompa kenekatan banyak santri yang berduyun-duyun datang ke Surabaya ketika kota ini berkobar hebat.

Kali ini Surya akan mencuplik kisah Gubernur Suryo, karena jarang orang mengenal sosoknya selama perang hebat itu terjadi, selain namanya yang akrab karena menjadi nama jalan depan Gedung Grahadi.

Suara Raden Mas Tumenggung Ario (RMTA) Soerjo, tiba-tiba beberapa kali muncul di corong NIROM di Jl Embong Malang, pada 9 November 1945. Saat itulah Soerjo menjadi tumpuan. Dia menjadi gubernur hanya karena keyakinan.

Kisahnya sebagai gubernur Jatim juga unik. Hanya berbekal surat kawat, dia memimpin Jatim di masa revolusi. Tidak pernah ada catatan di manakah Soerjo dilantik dan oleh siapa, termasuk surat pelantikannya.

Ketika itu rakyat Surabaya menghadapi situasi sangat sulit. Baru saja pecah kisruh di ujung Jembatan Merah pada 29 Oktober, mobil yang di dalamnya ada Jenderal perang Inggris, Brigjen Aulbertin Walter Sothern Mallaby, meledak saat gaduh di depan gedung Internatio itu.

Inggris murka. Almarhum Roeslan Abdulgani dalam bukunya Seratus Hari di Surabaya menyebutkan Panglima Divisi 5 tentara Inggris, Mayjen Robert C Mansergh beberapa kali menjalin pertemuan dengan pimpinan kota ini untuk menangkap sang pengebom.

“Namun beberapa kali pertemuan buntu. Pemuda militan yang dipimpin Bung Tomo sudah siap perang, namun banyak juga yang masih menunggu perintah pusat,” tulis Roeslan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com