Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sapi NTT Lebih Mirip Rusa Besar

Kompas.com - 24/09/2009, 07:04 WIB

FRANS SARONG

KOMPAS.com - Rombongan yang diantar Yanuarius Banusu (21) tersasar jauh, sampai 20 kilometer. Padahal, jarak seharusnya cuma sekitar 4 kilometer dari kampung Yanu di Unap, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.

Peternakan Kontuef di Unap, Desa Manunain, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu merupakan bagian dari usaha peternakan yang sejak lama menjadi lokomotif perekonomian NTT.

Penelusuran masalah peternakan sapi di NTT diangkat harian Kompas untuk menyongsong diskusi publik tentang pengembangan NTT sebagai gudang ternak Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat (25/9) di Universitas Katolik Widya Mandira di Kupang.

Betapa tidak, Kontuef— yang berjarak sekitar 250 kilometer timur Kota Kupang—adalah salah satu pusat pembibitan dan pengembangan sapi, bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Karena itu, rada janggal jika warga sekitar, seperti Yanu, sampai lupa jalan ke Kontuef.

”Kontuef memang sudah terkenal sejak zaman dulu. Namun, lokasi persisnya sudah lupa-lupa ingat karena lama tidak berkunjung. Tidak ada lagi yang istimewa dari Kontuef,” kata Yanu.

Penuturan Yanu tidak berlebihan. Lihat saja. Lokasi Kontuef dengan lahan 42 hektar saat ini hampir seluruhnya gersang tanpa rerumputan pakan selain semak bunga putih yang sudah mengering. Di beberapa bagian lahan ditanami anakan lamtoro untuk pakan, tetapi pertumbuhannya merana akibat ketiadaan air untuk menyiramnya. Sebagian lahan juga telah diolah atau digembur, tetapi belum juga ditanami rumput gajah atau jenis pakan lain karena saat ini sedang puncak kemarau.

Di sekitar kandang di Kontuef, Senin (21/9) petang, terkumpul sebagian dari 33 sapi yang sedianya sebagai sapi bibit untuk digulirkan kepada peternak. Kondisi fisik hewan itu tidak jauh berbeda dari sapi-sapi milik peternak di luar kawasan, semuanya kurus.

”Kalau kondisi sapi seperti ini, memang tidak layak sebagai sapi bibit untuk digulirkan kepada petani. Kalau untuk pembibitan, beratnya minimal 300 kilogram. Yang sekarang ini beratnya paling tinggi 200 kilogram,” kata John Agus Manulaku (33), petugas di Kontuef.

Air yang tersedia di Kontuef hanya cukup untuk kebutuhan minum 30-40 sapi. Pada musim kemarau sekarang ini, pakan seadanya mengandalkan daun dari ranting pohon. Akibatnya, kondisi badan sapi mengurus atau rata-rata seberat 200 kilogram.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com