Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya... KNKT Punya Laboratorium "Black Box"

Kompas.com - 26/08/2009, 17:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kini tak lagi harus mengirimkan kotak hitam (black box) pesawat keluar negeri agar bisa dibaca. KNKT telah resmi mengoperasikan laboratorium black box untuk membaca rekaman-rekaman penerbangan sebelum terjadi kecelakaan.

Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal mengatakan, Laboratorium KNKT tersebut telah diresmikan pada 17 Agustus lalu, bersamaan dengan HUT ke-64 RI. "Sudah ada black box yang dibaca, yaitu pesawat Twin Otter milik Merpati yang jatuh di Oksibil (Papua) dan pesawat BAE yang jatuh di Pegunungan Mulia, Wamena, sebelumnya," kata Jusman didampingi Ketua KNKT Tatang Kurniadi dan investigator KNKT Nugroho Budi saat meninjau Laboratorium KNKT di Jakarta, Rabu (26/8).

Dalam laboratorium ada dua alat baca, yaitu flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR). FDR didatangkan dari Kanada, sedangkan CVR dibeli di Australia. Pengadaan alat software itu memakan dana sebesar 250.000 dollar AS. Sementara hardware-nya berasal dari hibah negara Jepang seharga 300.000 dollar AS.

Selama ini bila terjadi kecelakaan pesawat, KNKT harus mengirimkan ke Singapura, Australia atau Amerika Serikat untuk membaca isi rekaman di black box-nya. Sementara Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan, laboratorium ini mampu membaca kotak hitam seluruh jenis pesawat terbang apabila kondisinya masih bagus. "Kalau black box-nya belum terbakar atau terendam dalam air, kita masih bisa membacanya. Jadi kemampuan bacanya bisa dibilang 60 persen setelah deformasi belum bisa," kata Tatang.

Bila black box sudah mengalami deformasi maka harus dikirim dulu ke laboratorium metalurgi di Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk diperbaiki dulu kerusakannya. Agar KNKT memiliki laboratorium metalurgi dan mampu membaca black box yang telah terbakar atau terendam, butuh dana setidaknya sebesar 8 juta dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com