Pekanbaru, Kompas
”Organ vital bayi ini, terutama jantung dan paru-paru, memang tidak dalam kondisi normal. Tim dokter sudah mencoba membantu dengan sekuat tenaga, tetapi kondisinya sudah tidak dapat bertahan. Tubuh sebelah kiri yang lebih dahulu meninggal,” kata Tubagus Odih, dokter spesialis bedah anak, anggota tim yang menangani bayi kembar siam di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Odih mengungkapkan, kondisi bayi dari pasangan Badrun dan Nurhayati itu sempat membaik pada Senin (27/7) pagi. Namun, pada Senin petang sekitar pukul 18.30, kondisinya memburuk. Kondisi paru-paru semakin parah dan terjadi penurunan jumlah oksigen di dalam darah secara drastis. ”Setelah kami lakukan tindakan medis, kondisi kritis pasien mulai membaik sebentar,” kata Odih.
Tiga jam kemudian kondisi bayi yang belum diberi nama itu kembali memburuk, bahkan berkembang menjadi kritis. Pada pukul 01.30 tubuh bayi sebelah kiri sudah tidak bernapas lagi dan dua menit kemudian tubuh kanan menyusul.
”Kami telah melakukan berbagai tindakan medis, termasuk membuat napas buatan, tetapi hanya berhasil untuk satu kepala. Kepala yang satu lagi tetap tidak bisa bernapas,” kata Odih.
Gubernur Riau Rusli Zainal yang sempat menjenguk bayi kembar tersebut menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Badrun. Rusli kembali menegaskan bahwa pihaknya akan
Odih menyatakan, kasus kembar parapagus merupakan kembar siam yang paling sulit dipisahkan. Apabila bayi memiliki organ vital yang normal, bocah kembar itu memiliki kemungkinan hidup lebih tinggi.
Bayi kembar siam Riau, kata Odih, sudah bermasalah sejak lahir. Pernapasannya harus dibantu alat. Tanpa alat bantu, tubuh bayi itu langsung membiru akibat kekurangan oksigen.