Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersisa Tujuh Perusahaan Kayu Lapis di Kaltim

Kompas.com - 01/03/2009, 15:07 WIB

SAMARINDA, MINGGU — Sebanyak dua belas perusahaan kayu lapis masih tercatat di Kalimantan Timur dengan 20.000 pekerja. Namun, cuma tujuh perusahaan yang tetap beroperasi dengan 12.000 pekerja dan berkapasitas produksi 40 persen.

Kondisi usaha pada 2005 jauh lebih baik. Tahun itu, ada 25 perusahaan yang beroperasi dengan 60.000 pekerja. Kapasitas produksi 75-80 persen atau rata-rata dua kali lipat dari kondisi saat ini.

Ketua Apkindo Kaltim Taufan Tirkaamiana mengatakan itu di Samarinda, Minggu (1/3). Senior Eksekutif PT Intracawood Manufacturing itu kini mengetuai kepengurusan Apkindo Kaltim yang dikukuhkan pada Jumat (27/2).

Taufan mengemukakan, tujuh perusahaan yang masih beroperasi ialah Intracawood Manufacturing, Idec Alwi, Sumalindo Lestari Jaya, Tirta Mahakam, Balikpapan Forest Industry, Rimba Raya Lestari, dan Inne Dong Hwa.

"Kondisi usaha saat ini mirip suasana sunset," kata Taufan, mantan Sekretaris APHI Kaltim. Terpuruknya industri kehutanan, lanjut Taufan, dampak kelangkaan bahan baku, sulitnya mendapat modal, pesaing dari China dan Malaysia lebih maju, dan banyaknya pungutan resmi bahkan ilegal.

Taufan menguraikan, kelangkaan bahan baku terkait kerusakan hutan akibat pembalakan ilegal dan kesalahan manajemen kehutanan. Sulitnya modal terkait keengganan perbankan mengucurkan dana. Perbankan masih menilai industri kehutanan dengan rapor hitam akibat pelbagai kasus keterlibatan dalam kesalahan manajemen di waktu lalu.

Selain itu, perusahaan-perusahaan di Malaysia dan China mampu mengganti mesin-mesin industri berteknologi mutakhir. Kedua negara pesaing itu diyakini memproduksi kayu lapis dengan efisien. Harga jual produk lebih murah sehingga disukai pasar internasional.

"Sudah bukan rahasia lagi industri kehutanan jadi bulan-bulanan lewat pelbagai pungutan yang bahkan ilegal sehingga keuangan perusahaan tidak aman," kata Taufan.

Kondisi tadi diperparah, lanjut Taufan, dengan krisis keuangan global. Pembeli dari Amerika Serikat dan Jepang menghentikan pesanan. Pabrik-pabrik kayu lapis pun terus menurunkan produksi, memangkas biaya operasional, bahkan memberlakukan PHK buruh.

Akibat lebih jauh, menurut Ketua APHI Kaltim Ahmad Husry, pesanan bahan baku kayu bulat kepada industri penebangan turun sampai 50 persen. Perusahaan pun mengambil langkah-langkah serupa, seperti dilakukan sektor hilir.

Secara terpisah, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengatakan untuk mencanangkan hutan tanaman industri (HTI). Program itu untuk mengatasi kelangkaan bahan baku industri kayu lapis. Luas HTI di Kaltim ditargetkan 900.000 hektar.

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com