Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Hama Babi Hutan Mengganas di Sumsel

Kompas.com - 23/02/2009, 20:39 WIB

PALEMBANG, SENIN — Serangan hama babi hutan mulai mengganas di berbagai kawasan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Selatan. Babi hutan ini tidak hanya merusak tanaman pertanian-perkebunan, tetapi sudah melukai tiga warga sejak sebulan terakhir.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, hama babi hutan menyerang dan merusak lebih 100 hektar lahan kelapa sawit, karet, dan jagung dengan kerugian ratusan juta rupiah. Lokasi tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, Lahat, Musi Rawas, dan Banyuasin. Tercatat tiga warga terluka, yakni dua pekebun asal Musi Banyuasin dan seorang petani jagung di Musi Rawas.

Menurut Kepala Dinas Pertanian P rovinsi Sumatera Selatan Dharmansyah, Senin (23/2), serangan hama babi hutan selalu meningkat saat puncak musim hujan tiba. Ini terjadi karena sebagian besar tempat tinggal babi hutan di dalam hutan hujan tropis serta wilayah pedalaman kebun karet-kelapa sawit terkena genangan air.

Makanya, babi ini lalu mencari tempat-tempat kering untuk tinggal dan mencari makan. Binatang ini kemudian bermigrasi ke wilayah pinggiran hutan dan akhirnya berinteraksi dengan manusia, katanya.

Babi hutan, lanjut Dharmansyah, digolongkan sebagai hama karena terkenal merusak tanaman perkebunan dan pertanian. Biasanya, hama ini memakan tanaman yang muda atau membuat lubang besar di batang pohon utama sehingga pohon itu lama-kelamaan akan mati.

Di Sumsel, ada dua cara yang digunakan pemerintah-masyarakat untuk menangkal serangan babi hutan. Sejumlah masyarakat menangkalnya dengan cara memburu hewan itu. Setelah diburu, dagingnya diperjualbelikan untuk konsumsi sekelompok masyarakat tertentu.

Sedangkan cara pemerintah yakni menggunakan jaring babi atau lapun. Selama akhir tahun 2008 sampai awal 2009 ini, kami sudah menyalurkan lebih dari 500 lapun kepada ratusan petani di Sumatera Selatan, katanya.

Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Syamuil Chatib menambahkan, lebih dari 60 hektar areal perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumsel rusak karena serangan babi hutan ini. Dalam hal ini, petani menanggung kerugian terbesar karena dia harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bibit tanaman baru.

Ditambahkan, pemerintah daerah berencana untuk membantu para pekebun yang tanamannya rusak akibat dimakan hama tersebut. Seberapa besar bantuannya sedang diajukan, tetapi bantuan berupa bibit tanaman itu hanya akan diberikan bagi pekebun rakyat, bukan bagi perusahaan atau korporasi pengelola perkebunan.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel Anwar Sadad menambahkan, babi hutan sebenarnya tidak bisa terlalu disalahkan karena berkonflik dengan manusia. Alasannya, sebagian areal hutan hujan tropis di Sumatera Selatan saat ini memang dibuka dan dijadikan lahan perkebunan-pertanian.  

Karena habitat babi hutan menyusut, maka mereka bisa memasuki wilayah pedalaman perkebunan karet atau kelapa sawit yang berdekatan dengan kawasan hutan, katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com