Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LSM Kaltim Kecam Penembakan Warga

Kompas.com - 24/08/2008, 16:07 WIB

SAMARINDA, MINGGU - Kalangan lembaga swadaya masyarakat di Kalimantan Timur mengecam polisi yang menembak mati satu warga saat bentrokan di Desa Kedang Murung , Kecamatan Kotabangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Rabu lalu.

Bentrokan terkait penutupan perusahaan tambang batu bara PT Arkon oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Koperasi Unit Desa Rima Etam sejak Jumat (15/8). Bentrokan menewaskan Serin asal Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat juga melukai empat warga dan empat personel Brigade Mobil Kepolisian Daerah (Polda) Kaltim. Polisi menetapkan 22 orang sebagai tersangka dalam peristiwa itu. "Kami mengusulkan kasus ini ditangani Komisi Nasional Hak Asasi Manusia," kata Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim Kahar Al-bahri di Samarinda, Minggu (24/8).

Jatam dan 12 LSM dalam Forum Pelangi Kaltim menuding polisi bertindak berlebihan saat bentrokan seperti terlihat dalam rekaman video yang mereka peroleh. "Terdengar sembilan belas kali letusan menurut hasil analisa kami terhadap rekaman video," kata Merah Johansyah dari Naladwipa Institute.

"Sebelum pecah bentrokan, massa cair atau tidak dalam posisi menyerang," kata juru bicara Forum Pelangi itu menegaskan.

Forum Pelangi juga mendapat foto jenazah Serin sebelum diotopsi dokter forensik. Foto memperlihatkan sejumlah lubang akibat ditembus peluru di paha, perut, dan dada. "Serin tampaknya ditembak beberapa kali sehingga tujuan penembakan bukan untuk melumpukan melainkan mematikan," kata Andi Manurung dari Kelompok Kerja 30 juga juru bicara Forum Pelangi.

Kepala Bidang Humas Polda Kaltim Komisaris Besar I Wayan Tjatra mempersilahkan kalangan LSM melaporkan kasus itu ke Komnas HAM. Dia berharap laporan berdasarkan fakta. "Kami juga meminta koreksi masyarakat," katanya.

Ketua DPRD Kutai Kartanegara Rahmat Santoso mengatakan bentrokan akan dibahas khusus di rapat panitia musyawarah. Dia sepakat bila lembaga legislatif ini membentuk panitia khusus menelusuri kasus tersebut. Kami tidak akan tinggal diam, katanya menegaskan.    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com