Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pacuan Babi ala Kelimutu

Kompas.com - 19/08/2008, 11:24 WIB

ADA-ADA saja kreativitas masyarakat di berbagai belahan bumi Pertiwi merayakan HUT ke-63 Kemerdekaan RI, tahun ini. Acara yang digelar umumnya sudah lumrah, yang saban tahun biasa disaksikan sampai kepada acara-acara sensasional yang mengundang tawa. Tarik tambang, panjat pinang, pacuan kuda, karapan sapi, pertandingan sepakbola bola berkostum sarung sudah biasa diadakan.

Lain lagi yang dilakukan masyarakat pedesaan yang bermukin di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores. Tepat pada hari perayaan paling bersejarah membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan itu, Minggu (17/8/2008), digelar perlombaan unik dan baru pertama kalinya digelar di seluruh wilayah NTT, yakni balap babi atau pacuan babi.

Gagasan ini dicetuskan Balai Taman Nasional (BTN) Kelimutu menyediakan hadiah uang tunai kepada pemilik babi pemenangan pertama, kedua dan ketiga senilai Rp 1.150.000. Daya tarik hadiah dan keinginan menyaksikan adu cepat babi di lintas membuat warga penasaran.

Pria-wanita, tua-muda, berbondong-bondong memenuhi lokasi balapan yang terletak di sisi barat Lapangan Desa Woloara, sekitar 53 km timur Kota Ende usai upacara bendera yang dipimpin Camat Kelimutu, Yoseph Primus Batho. Sebanyak 22 ekor babi usia 3-6 bulan milik warga dari beberapa desa di pusat kecamatan beradu cepat dalam dua lintasan balap dari bambu sepanjang 25 meter yang telah disediakan panitia.

Antusiasme masyarakat tampak dalam lomba ini. Sehari menjelang perlombaan, hanya tujuh pemilik babi yang mendaftarkan babinya mengikuti perlombaan ini. Tak dinyana, di pagi hari sebelum upacara bendera dilaksanakan terdaftar lagi 12 pemilik babi yang siap masuk arena.

Koordinator Resor BTN Kelimutu, Valentinus Lape, menjelaskan, balap babi itu dipilih untuk dilombakan karena di NTT belum pernah kedengaran perlombaan ini. Padahal potensi babi sangat besar dan dimiliki masyarakat. "Kami pilih balap babi. Ini masih unik. Di Madura sudah ada karapan sapi, di Sumbawa ada karapan kerbau. Kenapa kita tidak bisa manfaatkan potensi lokal yang unik dan memberi nilai tambah kepada masyarakat?" kata Valentinus kepada Pos Kupang dan Kompas.

Camat Kelimutu, Yoseph Primus Bhato, menambahkan gagasan balap babi memanfaatkan potensi babi yang dipelihara sebagian masyarakat. Selama ini, masyarakat Ende umumnya memelihara babi hanya untuk acara adat, pesta keluarga dan dijual menopang kebutuhan dan ekonomi. Jumlah babi di wilayah Kelimutu sekitar 8.000 ekor.

"Ada sisi positifnya, masyarakat terhibur karena selama ini belum pernah ada pacuan babi. Juga bisa mendorong memelihara babi lebih baik mengikuti lomba. Babi dipelihara untuk pesta adat atau pesta kawin," kata Primus.

Kepala BTNK, Gatot Soebiantoro, menyatakan balap babi untuk mengembangkan potensi lokal dan sajian alternatif wisatawan. "Turis datang ke Kelimutu tak hanya menyaksikan Danau Kelimutu. Masyarakat bisa dimotivasi memelihara ternak babi lebih baik, bukan seperti saat ini dilakukan seadanya.

Kegiatan selanjutnya, kami upayakan babi yang dilombakan diuji kesehatannya oleh dewan juri bekerja sama dengan dokter hewan," kata Gatot.

Pemenang pertama balap babi diraih babi milik Hubertus Soka. Babi milik Soka berhak memperoleh uang tunai Rp 500 ribu. Pemenang kedua babi milik Acos Bata, yang mendapat Rp 400 ribu, dan babi milik Klemens Seni meraih juara tiga, mendapat Rp 250 ribu. (Eugenius Mo'a)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com