Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umat Parmalim Kesulitan Identitas

Kompas.com - 17/07/2008, 18:20 WIB

 

TOBA, KAMIS - Umat Agama Parmalim hingga kini masih belum diakui secara administrasi sebagai agama di Indonesia. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan masuk ke instansi resmi, terutama pemerintahan. Mereka kerap terpaksa menerima identitas agama lain dalam urusan administrasi.

Sangat sulit memperoleh KTP (kartu tanda penduduk-Red). Aparat pemerintah tidak mau mengakui kami sebagai pemeluk Agama Parmalim. Mereka baru memberi kami KTP jika kami mengakui salah satu dari agama yang diakui pemerintah, Relita boru Manurung (26), Kamis (17/7) ditemui saat ritual sipaha lima di Desa Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.

Relita yang juga lulusan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan (Unimed) itu sulit mencari kerja. Dia kerap ditanya soal identitas agama yang menurutnya tidak hubungannya dengan pekerjaan yang dicarinya. Kini dia terpaksa memilih salah satu agama yang diakui pemerintah.

"Saya meminta agama ditulis Parmalim tetapi tidak diakui petugas," katanya. Soal pendidikan, dia terpaksa menempuh pelajaran agama yang diakui pemerintah.

Hanya di SK

Kesulitan yang sama dialami oleh Aman Sirait (47). Dia yang kini sebagai pegawai negeri sipil di Bagian Organisasi Kabupaten Serdang Bedagai mengisi kolom agama yang diakui pemerintah. "Saya pilih yang mudah saja. Saya tetap menjadi Parmalim bersama keluarga dari dahulu," katanya.

Kendati demikian identitas Parmalim sempat tercantum di surat pengangkatan pegawai negeri sipil. Sementara ini cukup melegakannya, meski identitas itu hanya tercantum di SK PNS saja. Dia menginginkan pemerintah bersikap adil kepada semua pemeluk agama, termasuk menjamin kebebasan beragama. Selain soal identitas agama, kami masih belum leluasa mendirikan tempat ibadah. Ada umat agama lain yang keberatan saat kami mendirikan tempat ibadah di Medan, katanya.

Pimpinan Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi Raja Marnakkok Naipospos mengatakan umat Parmalim saat ini berjumlah sekitar 2.000 keluarga. Mereka tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang terkonsentrasi di Sumatera Utara. Pada peringatan sipaha lima (bulan kelima) kali ini mereka yang memeluk Parmalim berkumpul di Huta Tinggi melakukan ritual ibadah. Ritual ini berlangsung tiga hari sebagai ungkapan rasa syukur kepada Mula Jadi Nabolon (Sang Maha Kuasa).

Marnakkok mengatakan soal identitas agama memang belum selesai. Persoalan identitas agama itu, tuturnya, lebih banyak dirasakan oleh kaum muda. Mestinya, tuturnya, pemerintah menghargai agama yang lahir, berkembang, dan dipeluk oleh warga Indonesia sendiri. Sayangnya, keinginan pemeluk Parmalim hingga kini masih belum terwujud.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com